IHSG Turun 0,21%, Saham BCA, BRI, Mandiri Ramai Diborong Investor

 Zahwa Madjid
15 Maret 2023, 16:12
IHSG Turun 0,21%, Saham BCA, BRI, Mandiri Ramai Diborong Investor
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU
Karyawan memotret layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Walaupun sentimen kasus bangkrutnya Silicon Valley Bank mulai mereda, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah dengan pelemahan 0,21% ke level 6.628 pada perdagangan Rabu (15/3). 

Volume perdagangan mencapai 16,8 miliar dengan nilai transaksi Rp 11,9 triliun dan frekuensi 1,16 juta kali. Terdapat 320 saham terkoreksi, 232 saham zona hijau, dan 195 saham tak bergerak. Sedangkan kapitalisasi pasar mencapai Rp 9239 triliun.

Advertisement

Di tengah kejatuhan IHSG, investor aktif memborong saham-saham sektor perbankan seperti: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan nilai transaksi Rp 1,2 triliun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 584 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Rp 421 miliar.

Kinerja IHSG berkebalikan dengan laju seluruh bursa Asia yang mayoritas berakhir di teritori positif. Indeks Nikkei 225 naik 0,03%, Hang Seng menguat 1,57%, Shanghai Composite terangkat 0,55%, dan Strait Times menguat 1,32%.

Melansir riset Pilarmas Investindo Sekuritas, rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) memberikan ketenangan terhadap pasar seiring dengan tingkat inflasi yang mulai  melandai direspons positif oleh pasar. 

Indeks Harga Konsumen AS atau US CPI secara bulanan turun dari sebelumnya 0,5% menjadi 0,4%. Sedangkan, IHK secara tahunan turun menjadi 6% dari sebelumnya 6,4%. 

Sehingga, pasar berspekulasi meskipun The Fed  masih memiliki ruang akan menaikan suku bunga acuannya namun cenderung kebijakan moneter yang  tidak agresif.  

Sementara dari  dalam negeri, surplusnya neraca perdagangan turut menopang katalis positif.  Badan Pusat Statistik (BPS)  dalam rilis neraca perdagangan bulan Februari tahun ini tercatat sebesar  sebesar US$ 5,48 miliar dikarenakan ekspor yang lebih tinggi yakni US$ 21.40 miliar, sedangkan impor hanya US$ 15,92 miliar. 

“Tentunya ini memberikan indikator bagaimana perdagangan ekspor dan impor dalam negeri berjalan dengan baik yang tentunya didukung peningkatan demand and supply, sehingga ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian dalam negeri,” dalam risetnya.

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement