Bos BRI Beberkan Strategi Kerek Pertumbuhan Fee Based Income
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) gencar mencari pendapatan di luar pendapatan bunga atau fee-based income di tengah proyeksi penurunan suku bunga yang berpotensi menurunkan margin. Fee-based income merupakan keuntungan dari hasil transaksi atau jasa bank lainnya.
Direktur Utama BRI, Sunarso menyatakan perusahaan terus mendorong pertumbuhan fee-based income. Tercatat, hingga Juni tahun ini, perolehan fee-based income konsolidasian BRI tercatat tumbuh 9,14% yoy senilai Rp10,22 triliun. Sehingga porsi fee-based income terhadap pendapatan BRI mencapai dua digit.
"Pertumbuhan fee-based income di BRI disebabkan oleh transaksi yang turut meningkat seiring menguatnya transformasi digital," kata Sunarso, dalam siaran pers, Jumat (22/9).
Menurut Sunarso, transformasi digital yang dilakukan oleh BRI tidak hanya memberikan dampak dari sisi efisiensi namun juga memberikan dampak signifikan terhadap pencapaian fee-based income. Dalam lima tahun terakhir, BRI mulai mengalihkan sejumlah proses bisnisnya dari konvensional banking menjadi digital. Salah satu pemanfaatan layanan digital tersebut melalui Super Apps BRImo.
Tercatat hingga akhir Juni 2023, aplikasi yang diluncurkan pada tahun 2019 ini sudah mencapai 27,8 juta pengguna, naik 50,8 % secara year on year (yoy), serta nilai transaksi di BRImo kini sudah bertumbuh 76,3% atau menjadi Rp 1.896 triliun.
Menurut Sunarso, pendorong pertumbuhan itu terutama ditopang oleh transaksi perbankan ritel yang kemudian juga melayani transaksi-transaksi pembayaran lain, ditambah lagi dari transaksi trade finance. "Jadi sumber income atau fee based income BRI pertama berasal dari fee transaksi, terutama dari mobile banking kita. Yang kedua dari yang terkait administrasi kredit," ujarnya.
Tak hanya dari segmen retail, BRI juga mewadahi proses transaksi di segmen makro seperti wholesale transaction. Segala transaksi melibatkan korporasi yang membutuhkan proses pembayaran melalui garansi atau trade finance, cash management, hingga transaksi forex terintegrasi pada platform digital milik BRI, Qlola.
Sunarso mengatakan, melalui Qlola, nasabah korporasi berpotensi menyebarkan value chain bisnisnya hingga ke level mikro. Dari sana, dampak pada fee-based income BRI pun semakin signifikan. “Di dalam Qlola itu ada 4 sampai 5 fungsi sekaligus, mulai dari trade finance, kedua, cash management, forex, investment, dan juga dashboard untuk monitoring," kata dia.
Lebih lanjut, Sunarno menyebut, hal ini bagian dari transformasi digital di BI karena BRI memiliki ekosistem lengkap mulai dari segmen wholesale, menengah, kecil, konsumer hingga mikro.
Tak sampai di sana, BRI juga memiliki platform yang mewadahi ekosistem mikro bernama Pasar Rakyat Indonesia (PARI). Layanan yang bisa mengkoneksikan sesama nasabah mikro ini juga memberikan kontribusi besar terhadap fee-based income.