Pada Senin (3/7) rata-rata suhu udara global mencapai rekor 17,01 derajat Celsius. Perhatian dunia tertuju ke Cina sebaga penyumbang emisi karbon terbesar.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) melaporkan adanya kenaikan ekspor batu bara dari negara-negara Asia Selatan dan Tenggara imbas fenomena gelombang panas.
Ahli menyarankan masyarakat untuk menghindari bahaya terkena paparan UV dengan menggunakan tabir surya dengan Sun Protection Factor (SPF) minimum 30, untuk melindungi kulit.
Dokter spesialis kulit Arini Widodo, mengingatkan bahaya paparan UV dari sinar matahari pada kulit, yakni dapat merusak DNA sel kulit yang menyebabkan kanker kulit dan penuaan dini.
Para pakar iklim menyimpulkan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini berkontribusi menjadikan gelombang panas semakin berpeluang terjadi lebih sering.
Gelombang panas ekstrem melanda beberapa negara di Asia Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia. Ahli iklim menilai, cuaca panas kali ini terburuk dalam sejarah.
Cina akan menghadapi akhir pekan yang super panas seiring gelombang panas yang melanda belasan kota. Suhu udara diperkirakan mencapai lebih dari 40°C, dengan beberapa kota mencapai 44°C.
India tengah berupaya meningkatkan produksi batu bara untuk menghadapi krisis listrik parah yang diakibatkan gelombang panas yang membuat permintaan listrik melejit untuk pendingin ruangan.
Beberapa hari ini cuaca di siang hari terasa lebih terik dibanding sebelumnya. Lantas, apa penyebab suhu panas di Indonesia? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.