Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave.
Bangladesh kembali menutup semua sekolah dasar di seluruh negeri dan lembaga pendidikan lainnya lantaran gelombang panas ekstrem dengan suhu mencapai 43 derajat Celcius.
BMKG mencatat, panas di Indonesia mencapai 38 derajat Celsius selama sepekan terakhir. Fenomena cuaca panas terik di sejumlah wilayah Indonesia diperkirakan berlangsung sampai Oktober.
Sekjen PBB António Guterres mengatakan bahwa saat ini telah tiba era pendidihan global sejalan dengan serangkaian gelombang panas yang melanda dunia, bukan lagi era pemanasan global.
World Weather Attribution atau WWA memprediksi fenomena gelombang panas akan terjadi lebih sering dengan tingkat panas lebih ekstrem, terutama di wilayah Cina.
Serangkaian bencana imbas anomali cuaca akibat perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia. Dari Eropa dan Cina yang mengalami gelombang panas, hingga kebakaran hutan di Yunani.
Perubahan iklim memicu gelombang panas yang membakar Eropa, Cina, hingga Amerika Serikat. Sedangkan sebagian wilayah di Asia seperti Korea Selatan dan India dilanda banjir besar.
Harga batu bara terus turun meski gelombang panas memacu permintaan di Cina. Namun Cina telah meningkatkan produksinya untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi listrik seiring puncak musim panas.
Pada Senin (3/7) rata-rata suhu udara global mencapai rekor 17,01 derajat Celsius. Perhatian dunia tertuju ke Cina sebaga penyumbang emisi karbon terbesar.