Indonesia berpotensi mengembangkan industri manufaktur energi baru terbarukan (EBT) dengan potensi ekonomi mencapai US$ 551 miliar atau setara dengan Rp 9.146 triliun.
Indonesia membutuhkan sistem teknologi penyimpanan energi baik berupa baterai maupun hidrogen untuk menyiasati produksi energi baru terbarukan yang bersifat intermitten atau berjeda.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan sejumlah proyek sudah ada dalam pipeline atau antrean program Just Energy Transition Partnership (JETP).
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mencatat Indonesia mengalami deforestasi atau hilangnya kawasan hutan hingga 175.400 hektare (Ha) sejak Januari sampai dengan Desember 2024.