KATADATA – Judul tulisan di atas ini bukanlah sebuah pengumuman atau iklan penawaran produk, layaknya orang yang sedang kepepet menjual tanah, kendaraan atau harta bendanya. Namun, setidaknya judul tersebut menggambarkan kondisi yang tengah dihadapi BP Berau Ltd. terkait rencana perluasan proyek Tangguh Train 3 di Papua Barat. Megaproyek senilai US$ 12 miliar atau sekitar Rp 162 triliun anak usaha BP Plc. itu terkatung-katung gara-gara ketidakpastian kontrak pembelian gas alam cair (liquid natural gas / LNG).

BP Berau telah memulai proses perencanaan rinci alias front end engineering design (FEED) Tangguh Train 3. Dari hasil FEED itu, BP akan membuat keputusan akhir investasi (final investment decision/FID) pada medio tahun depan untuk memulai proses konstruksi. Kalau semua rencana berjalan mulus, Train 3 bisa mulai beroperasi pada pertengahan 2020 mendatang.

Kapasitas produksi LNG dari kilang itu diproyeksikan sebanyak 3,8 juta ton per tahun (million tons per year/mtpa). Jika digabungkan dengan Train 1 dan 2 yang sudah beroperasi, produksi Tangguh mencapai 11,4 juta ton per tahun.

Seperti halnya Train 1 dan 2, hasil produksi LNG dari Tangguh Train 3 juga dialokasikan untuk pasar domestik dan ekspor. Sebanyak 40 persen atau 1,5 juta ton LNG Train 3 dialokasikan untuk pasar domestik saban tahun. Sedangkan 60 persen dari total produksi bisa diekspor atau dibeli perusahaan asing.

Hingga kini, dua perusahaan sudah berkomitmen menyerap produksi LNG Train 3. Yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebanyak 1,5 mtpa atau 40 persen dari total produksi dan Kansai Electric Power Co. asal Jepang sebanyak 1 mtpa. Kalau dijumlah, penyerapan produksi Train 3 baru sebanyak 2,5 mtpa atau 66 persen. Padahal, menurut sumber Katadata di industri minyak dan gas bumi, BP menargetkan bisa mengantongi komitmen pembelian gas minimum 80 persen dari total produksi untuk merampungkan proses FID dan memulai pembangunan Train 3.

Sebenarnya, sudah ada beberapa perusahaan asing yang berminat menyerap sisa kapasitas produksi Tangguh Train 3. Namun, sumber tersebut mengungkapkan, para peminat itu juga menginginkan tambahan pasokan gas dari Tangguh Train 1 dan 2. Masalahnya, BP terikat Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang melarang sisa produksi Train 1 dan 2 Tangguh diekspor ke luar negeri. Sekadar informasi, produksi LNG Tangguh Train 1 dan 2 terikat kontrak jangka panjang dengan empat perusahaan asing: Fujian LNG (Cina), K-Power dan POSCO (Korea) serta Sempra Energy (Meksiko).

Namun, BP sulit mengharapkan calon pembeli lokal untuk menyerap sisa kapasitas produksi Train 3 karena minimnya ketersediaan infrastruktur jaringan gas. Tak heran, akhir Juli lalu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berencana mengekspor 20 kargo LNG jatah domestik yang belum terserap. Kargo itu berasal dari produksi Bontang dan Tangguh. "Ini bukan karena gas tidak tersedia, tapi belum ada komitmen untuk dibeli. Kemungkinan infrastruktur belum siap," kata Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, medio Juni lalu. Saat ini, baru ada lima pembeli lokal gas: PLN, PT Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), PT Nusantara Regas, dan PT Energi Dian Kemala. 

Alih-alih menggaet tambahan pembeli baru, realisasi komitmen PLN menyerap 40 persen produksi Train 3 Tangguh pun masih tanda tanya. Menurut sumber Katadata, PLN masih belum sepakat soal harga. “Dengan harga minyak dunia yang turun, PLN menunggu untuk mendapatkan harga paling murah,” katanya.

Seorang pejabat pemerintah di lingkungan migas mengungkapkan, keinginan PLN meninjau ulang komitmen pembelian gas juga berlaku di sejumlah proyek atau blok gas. Seperti di Kalimantan Tengah, proses negosiasi penjualan gas dari Salamander Energy kepada PLN menemui jalan buntu. Adapun di Lampung, PLN meminta PGN mengubah harga jual dari kesepakatan awal untuk menyerap gas dari unit penyimpanan dan regasifikasi terapung (floating storage regasification unit/FSRU) Lampung. Alhasil, FSRU yang baru diresmikan tahun lalu itu, mangkrak saat ini.

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul, Arnold Sirait, Muhammad Kahfi
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami
    Advertisement