KATADATA - Keinginan Muhammad Fadli membeli kulkas dengan harga diskon 99 persen di MatahariMall.com tak kesampaian. Kamis pagi pekan lalu (10/12), dia tak bisa masuk ke situs belanja online (e-commerce) milik Grup Lippo itu, dan selama beberapa menit hanya disuguhkan permainan (game) sederhana. Ketika dapat mengakses situs tersebut, karyawan swasta di kawasan Senayan, Jakarta, ini mendapati barang elektronik incarannya sudah ludes terjual.

Selama tiga hari, 10-12 Desember lalu, sekitar 140 situs belanja online yang mengikuti hajatan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) memang panen pengunjung. Tak heran, lapak belanja di dunia maya itu terkadang sulit diakses hingga down.

Advertisement

Ketua Panitia Harbolnas 2015, Indra Yonathan, menyatakan situs-situs belanja online mengalami peningkatan pengunjung 5 kali sampai 10 kali lipat dibandingkan hari biasa. Sedangkan transaksi penjualannya, berdasarkan estimasi lembaga riset Nielsen, meningkat 1,8 kali dibandingkan transaksi pada hari biasa.

Alhasil, nilai transaksi selama tiga hari hajatan tersebut mencapai Rp 2,1 triliun. Taksiran itu berdasarkan survei Nielsen terhadap 700 pengguna internet yang tersebar di 19 kota besar di Indonesia. “76 persen pengguna internet mengetahui Harbolnas, khususnya seminggu sebelumnya,” kata Rusdy Sumantri, Associate Director Nielsen Indonesia, Kamis (17/12).

(Baca: Batasan Porsi Asing di Bisnis E-Commerce Kemungkinan 33 Persen)

Sejak digelar tahun 2012, hajatan tahunan bagi para online shopper di Indonesia ini semakin berkembang, baik dari sisi jumlah peserta, pengunjung, dan nilai transaksi. Indra menyebut, Harbolnas tahun ini tidak cuma diikuti situs e-commerce namun juga para pedagang di media sosial, seperti Instagram. “Ini (Harbolnas) sudah menjadi sebuah gerakan,” katanya.

Penetrasi e-commerce

Jika mengacu kepada penyelenggaraan Harbolnas pertama kali, tren belanja online di Indonesia terlihat semakin mewabah dalam empat tahun terakhir. Berbagai situs belanja online terus bermunculan. Sebut saja Tokopedia, Blibli, Lazada, Bukalapak, Elevenia, hingga MatahariMall. Tak cuma barang elektronik, pakaian, ponsel dan gadget, lapak virtual ini juga menyediakan peralatan rumahtangga, perlengakapan bayi dan anak, hingga tiket pesawat dan paket wisata.

Kini, bagi sebagian masyarakat di kota-kota besar, situs online telah menggantikan gerai dan toko retail. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara pernah menyebut, potensi perdagangan e-commerce tahun ini diperkirakan mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 280 triliun. Nilainya lebih besar dari pencapaian tahun lalu sebesar US$ 12 miliar dan senilai US$ 8 milliar pada 2013. Saban tahun, pertumbuhannya sekitar 60 persen hingga 70 persen.

Namun, sebanrnya tak ada data baku nilai perdagangan online saat ini. Mengacu data Euromonitor, nilai perdagangan online di Indonesia tahun ini sebesar US$ 1,1 miliar. Ini yang terbesar di kawasan ASEAN, melampaui Singapura dan Thailand.

Besarnya potensi pertumbuhan e-commerce di Indonesia ini turut mengundang kehadiran para investor dan pelaku usaha asing. Pada Oktober 2014, institusi keuangan asal Jepang, SoftBank Corp. Dan sequoia Capital menyuntikkan dana US$ 100 juta kepada  Tokopedia. Dua bulan berselang, Rocket yang menaungi situs belanja online Lazada dan Zalora, menggaet kucuran dana segar US$ 250 juta.

Namun, penetrasi perdagangan secara online di Indonesia sebenarnya masih rendah. Euromonitor mencatat, nilai transaksi US$ 1,1 miliar itu hanya 0,7 persen dari total nilai perdagangan retail di Indonesia. Bandingkan dengan penetrasi e-commerce di dua raksasa ekonomi dunia, yaitu Cina dan Amerika Serikat (AS), yang masing-masing 10,6 persen dan 8,3 persen. Di kawasan ASEAN pun, penetrasi pasar e-commerce di Indonesia juga kalah dibandingkan tiga negara lainnya, yaitu Malaysia, Thailand, dan Singapura, yang masing-masing 0,9 persen; 1,2 persen; dan 3,4 persen.

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul, Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement