Kekhawatiran para pelaku pasar keuangan dunia akhirnya terjadi. Dalam referendum yang hasil finalnya baru saja dirilis, mayoritas masyrakat Inggris memilih negaranya keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Meski sebagian kalangan sudah memprediksinya, hasil tersebut telah mengguncang pasar saham dan pasar keuangan dunia.

Saat penutupan penghitungan suara pukul 13.00 WIB, Jumat (24/6) siang, sebanyak 17,41 juta masyarakat Inggris atau 51,9 persen dari total pemilih menginginkan negaranya meninggalkan Uni Eropa alias Britain Exit (Brexit). Adapun yang memilih bertahan bersama Uni Eropa sebanyak 16,14 juta orang atau 48,1 persen.

Advertisement

Tanda-tanda kemenangan kubu "Brexit" sebenarnya sudah terendus dua jam sebelum hasil penghitungan suara berakhir. Hal ini langsung memicu kecemasan para investor yang menjalar ke seluruh dunia. Mereka langsung menarik dananya dari pasar keuangan yang dinilai penuh risiko.

Yang paling awal terpukul adalah poundsterling.

Mata uang Inggris ini langsung anjlok 9 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS), hingga menyentuh posisi terendahnya dalam 31 tahun terakhir atau sejak 1985.

Poundsterling juga terpuruk atas yen Jepang, dengan pelemahan 14 persen dibandingkan hari sebelumnya. Sedangkan mata uang euro turut merosot hampir 3 persen terhadap dolar AS. 

(Baca: Efek Brexit Lebih Memukul Rupiah ketimbang Perdagangan)

Pasar saham global juga memerah. Indeks berjangka Dow Jones di bursa New York, AS, merosot 600 poin, disusul indeks berjangka S&P 500 yang turun 91 persen atau 4,3 dibandingkan penutupan perdagangan Kamis kemarin. 

Dolar Amerika Serikat

Sedangkan indeks saham berjangka di bursa London sudah anjlok hampir 9 persen, yang dapat jadi cermin dari kondisi sebenarnya saat perdagangan di bursa sahamnya dibuka Jumat siang ini waktu Indonesia. Penurunan tajam sebesar 8 persen juga dialami indeks berjangka bursa saham di Jerman.

Pasar saham di negara-negara Asia ikut cemas dengan keputusan masyarakat Inggris. Indeks bursa saham Jepang, Nikkei, anjlok 8 persen. Sedangkan indeks Hang Seng di bursa Hong Kong sudah terpangkas 4,5 persen. Penurunan indeks itu dimotori oleh kejatuhan harga saham bank-bank Inggris. 

Harga saham HSBC, bank terbesar ketiga di Eropa dari sisi pendapatan, anjlok 11 persen. Sedangkan harga saham Standard Chartered, yang berkantor pusat di London, turun paling dalam selama empat tahun terakhir.

Gejolak juga melanda pasar keuangan dunia. Imbal hasil obligasi pemerintah AS berjangka 10 tahun, merosot sekitar 1,4 persen. Kondisi serupa dialami pasar keuangan di berbagai negara. 

Keputusan masyarakat Inggris meninggalkan Uni Eropa memang telah memicu ketidakpastian baru. "Pelaku bisnis enggan mengambil keputusan baru atau melalukan investasi, karena adanya ketidakpastian untuk masa depan," kata Direktur Centre for Economic Performance di London School of Economics, John Van Reenen, seperti dilansir New York Times, Jumat (24/6).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement