Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkat Letnan Jenderal (Letjen) Andika Perkasa sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad). Laju karirnya yang melesat meraih posisi jenderal bintang empat, dengan melangkahi banyak seniornya, mengundang dugaan kepentingan politik lebih mendominasi alasan penunjukannya.

Kamis (22/11), lewat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 97 Tahun 218 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kasad, Jokowi resmi melantik Andika sebagai orang nomor satu di TNI Angkatan Darat (AD) di Istana Negara. Diiringi lagu "Bagimu Negeri", Jokowi mencopot pangkat Letjen Andika dan memasang pangkat bintang empat di pundaknya.

Jokowi mengaku, ada empat letjen yang diusulkan menjadi Kasad pengganti Jenderal Mulyono. Ia memutuskan untuk memilih Andika karena menilainya sebagai sosok yang komplit. Ini karena menantu Letjen (Purn) A.M. Hendropriyono tersebut sudah pernah menduduki berbagai posisi militer penting, antara lain Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan Panglima Komando Strategis AD (Kostrad).

Melihat perjalanan karir Andika, lingkup penugasannya memang beragam, meski tak ada yang istimewa. Lulus dari Akademi Militer (Akmil) pada 1987, lelaki kelahiran Bandung tersebut langsung bergabung dengan satuan elit Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dia memulai karirnya sebagai komandan peleton hingga menjadi komandan detasemen.

Setelah lulus dari Sekolah Staf dan Komando TNI AD (Seskoad), ia mulai bertugas sebagai perwira staf di Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan, Departemen Pertahanan. Sempat kembali ke Kopassus pada 2002, namun hanya sebentar. Di tahun yang sama, dia dimutasi ke Komando Resor Militer (Korem) 051/WKT Komando Daerah Militer (Kodam) Jakarta Raya (Jaya).

Posisi ini juga dijalaninya sebentar karena tak lama dia dimutasi ke Direktorat A Badan Intelijen Strategis (BAIS), organisasi intelijen TNI. Meski cukup lama bertugas di lembaga telik sandi tersebut, waktunya lebih banyak dihabiskan di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat (AS), sebagai mahasiswa.

Andika menyelesaikan studi tingkat masternya pertama di Norwich University, universitas militer swasta tertua di AS. Selanjutnya, ia belajar di National War College (NWC) AS. Tak puas, dia juga belajar di Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, George Washington University.

(Baca: Dianggap Komplet, Jokowi Pilih Andika Perkasa jadi KSAD)

Setelah menyelesaikan studi, ia kembali bertugas di Resimen Induk Kodam (Rindam) Jaya. Setahun kemudian, suami Diah Erwiany ini diangkat menjadi komandan Korem 023/Kawal Samudera di Sibolga, Sumatera Utara. Kembali, hanya berselang setahun, ia ditarik ke Mabes TNI AD sebagai Kepala Dinas Penerangan (Kadispenad). Di jabatan ini, ia mendapat bintang pertama di pundaknya.

Karirnya makin bersinar setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Hanya sebelas bulan menjadi Kadispenad, Jokowi menunjuknya sebagai Komandan Paspampres, jabatan bintang dua. Belum genap dua tahun menjadi Danpaspampres, ia kemudian diangkat menjadi Pangdam XII/Tanjungpura.

Kembali, belum genap dua tahun, ia dipromosikan menjadi Letnan Jenderal sebagai Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan (Kodiklat) TNI AD. Pertengahan tahun ini, ia diangkat menjadi Panglima Kostrad menggantikan Letjen Agus Kriswanto, yang pensiun.

Hanya lima bulan menjabat sebagai Pangkostrad, ayah satu orang putra ini memperoleh pangkat bintang empat sebagai pemimpin TNI AD. Artinya, dalam satu tahun, Andika mendapat tiga kali promosi jabatan dan dua kali kenaikan pangkat. Karirnya yang melesat seperti meteor itu jelas mengundang pertanyaan.

KSAD Andika Perkasa
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang baru Jenderal TNI Andika Perkasa (tengah) melakukan salam komando dengan Dankormar Mayjen TNI (Mar) Bambang Suswantono (kiri) dan Danpaspampres Mayjen TNI Suhartono seusai pelantikan oleh Presiden Joko WIdodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). Presiden melantik Jenderal TNI Andika Perkasa menjadi KSAD menggantikan Jenderal TNI Mulyono yang akan memasuki masa pensiun. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
 

Direktur Riset Setara Institute Halili termasuk yang bingung atas terpilihnya Andika. Maklum, rekam jejak dinas kemiliterannya sesungguhnya juga diwarnai kontroversi karena namanya pernah disebut-sebut dalam kasus pembunuhan tokoh dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Papua, Theys Hiyo Eluay pada 2001.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement