Ketentuan jaga jarak sosial, pembatasan perjalanan, dan kebersihan di masa pandemi corona diprediksi akan membentuk kebiasaan-kebiasaan baru di masyarakat. Sedangkan beberapa regulasi baru untuk mencegah penyebaran virus di masyarakat berpotensi menciptakan era baru bagi perekonomian.

Bila mengacu pada perhitungan beberapa peneliti, pandemi corona kemungkinan belum akan segera berakhir seiring belum ditemukan obat khusus ataupun vaksin. Para peneliti telah mengeluarkan perhitungan dengan berbagai pendekatan dan asumsi untuk memprediksi ujung dari pandemi corona.

Yang terbaru, prediksi dari para peneliti Harvard. Empat peneliti Harvard: Stephen M. Kissler, Christine Tedijanto, Edward Goldstein, Yonatan H. Grad, dan Marc Lipsitch memprediksi gelombang baru penyebaran virus corona saat musim dingin, setelah gelombang besar pertama.

Bila imunitas yang terbentuk seiring waktu bersifat permanen, virus akan hilang dalam lima tahun, atau lebih setelah puncak pandemi. Jika imunitas tidak permanen, maka virus ini akan mengalami sirkulasi reguler seperti influenza.

(Baca: Ekonomi di Tengah Pandemi, Apakah Akan Terjadi Lagi Depresi Besar?)

Alhasil, perlu terus menerapkan jaga jarak sosial secara berulang (intermitten distancing). “Intermitten distancing kemungkinan diperlukan hingga tahun 2022, kecuali fasilitas perawatan kritis meningkat signifikan atau tersedianya vaksin,” demikian tertulis dalam laporan tersebut.

Mengacu prediksi tersebut, pola hidup dan kerja kemungkinan mengalami gangguan alias disrupsi dalam beberapa tahun. Board of Innovation -- firma di bidang desain bisnis dan strategi global yang memegang klien-kilen multinasional seperti Danone, Philips, dan Toyota – memprediksi disrupsi ini akan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tetap bertahan setelah pandemi berlalu. Ini menjadi peluang atau tantangan bagi pelaku bisnis.

(Baca: Bahaya Pandemi Corona di Balik “Tembok” Korea Utara)

Kebiasaan baru yang dimaksud seperti bekerja di luar kantor, keseimbangan hidup, akses ke e-commerce dan layanan pengiriman barang, serta layanan kesehatan online alias e-health. “Orang dan organisasi akan menemukan manfaat dari cara baru hidup dan bekerja. Ini akan menantang bisnis tradisional dan gaya hidup yang ada (sebelum pandemi),” demikian tertulis dalam analisis Firma tersebut yang bertajuk “Shifts in the Low Touch Economy”.

EDUKASI PEDAGANG TERAPKAN BELANJA DARING
EDUKASI PEDAGANG TERAPKAN BELANJA DARING (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj.) 

Berbagai Peluang Bisnis

Board of Innovation (BoI) memprediksi 10 pergeseran yang terjadi karena perubahan perilaku manusia seiring masalah pandemi corona. Pergeseran-pergeseran ini bisa memunculkan peluang-peluang bisnis yang baru.

Pertama, kecemasan dan depresi yang lebih besar setelah pandemi berlalu. Sebab, banyak orang dipediksi akan merasa lebih terisolasi, kehilangan pekerjaan, menghadapi masalah kesehatan dan  hubungan. Di tengah kondisi ini, kebutuhan atas terapi dan coaching diprediksi membesar.

Begitu juga dengan aplikasi hiburan. “Beberapa regional mulai melihat kenaikan permintaan untuk hewan peliharaan. Gim/aplikasi online juga booming.” BoI menilai masih banyak peluang yang bisa dikembangkan, misalnya aplikasi kencan online melalui Zoom.

(Baca: Memburu “Virus Stocks”, Saham Pencetak Untung yang Menyimpan Risiko)

Kedua, hilangnya kepercayaan terhadap kebersihan orang dan produk. Dengan penyebaran virus corona, konsumen dan organisasi lebih berhati-hati terhadap orang dan produk yang dihadapinya. Alhasil, kemungkinannya, akan ada ekspektasi atas bukti formal akan kebersihan dan kesehatan.     

Ini akan menghasilkan perubahan kemasan, pertukaran rekam jejak kesehatan dan temperatur, bisnis retail/hospitality dengan jasa gratis untuk kebersihan, preferensi produk yang natural, layanan pengantaran tanpa kontak.

Ketiga, pembatasan perjalanan, bahkan dalam negeri. Melakukan perjalanan akan terasa berisiko karena ada kemungkinan sulit untuk pulang atau ketidakpastian soal keamanan di negara lain.

Dengan kondisi ini, pariwisata lokal diprediksi bakal berkembang. “Perjalanan ke luar negeri hanya setimpal untuk jangka waktu yang panjang karena adanya risiko karantina.. Perjalanan ke pedesaan dan daerah terpencil menjadi perjalanan mewah.”

(Baca: Corona Selesai Akhir Tahun, Jokowi Yakin Pariwisata Bakal Booming 2021)

Keempat, optimalisasi kerja dari rumah. Perusahaan dengan dana yang ketat diprediksi akan mengurangi ruang kantor dan infrastruktur. “Orang akan membawa peralatan khusus, mesin, dan perlengkapan canggih audio/video masuk (ke rumah). Kebijakan dan asuransi baru akan mengikuti.”

Kelima, meningkatnya tensi dan konflik di berbagai level. Banyak orang dan organisasi akan memasang posisi bertahan hidup. Dalam kondisi ini, orang kemungkinan melakukan pelanggaran kontrak atau regulasi.

“Perlawanan hukum akan terjadi di mana-mana. Di saat yang sama, pengacara akan bergeser dengan cara kerja secara digital. Ini akan memicu lebih banyak aplikasi untuk mengotomasi pekerjaan legal.”

Keenam, peningkatan level pengangguran. Banyak orang diprediksi terpaksa memikirkan ulang karier mereka. Dalam kondisi ini, layanan untuk kemampuan baru atau pelatihan diprediksi mencapai puncaknya. Selain itu, banyak juga yang akan banting setir menjadi wirausahawan.

Ketujuh, terbiasa membawa pulang dan mengirim berbagai barang. Banyak bisnis retail dan agen produk diprediksi mengubah layanannya menjadi berbasis pengiriman. Meskipun, retail reguler tetap ada.

Berdasarkan kondisi ini, kemungkinan lebih banyak layanan pengiriman khusus misalnya makanan beku. Selain itu, rantai pasok yang lebih maju, misalnya pengantaran untuk berbagai toko ke tujuan yang sama.

Kedelapan, kontak terbatas dengan orang tua. Hingga vaksin tersedia, interaksi dengan orang di atas 65 tahun menjadi terbatas. Alhasil, orang-orang kemungkinan akan memikirkan ulang model-model pertemuan sosialnya. Adopsi digital akan semakin meningkat. Komunitas-komunitas dengan kebutuhan yang sama atau umur tertentu juga diprediksi meningkat.       

Kesembilan, identitas diri lebih mencuat dibanding identitas pekerjaan. Dalam kondisi normal, busana adalah elemen yang membentuk dan mengkomunikasikan identitas yang diinginkan. Ketika interaksi fisik berkurang, tampilan saat interaksi video akan menggantikan sebagian fungsi itu. “Akan lebih banyak bermunculan eksperimen terhadap digital alter ego.”

(Baca: Menelusuri Asal Teori Konspirasi 5G dan Corona, Serta Kebenarannya)

Terakhir, nilai lebih terhadap imunitas konsumen. Tempat-tempat makan dengan sekat individual dan tanpa interaksi dengan manusia -- misalnya robot pelayan -- diprediksi meningkat. Kemungkinan lainnya, industri dengan segmen konsumen yang memiliki bukti rekam kesehatan atau status imun.

“Ini mungkin akan menjadi wilayah yang belum dipetakan untuk sebagian besar industri; meskipun itu mungkin merupakan alibi yang bagus untuk mengawasi industri hiburan orang dewasa. Selama beberapa dekade mereka telah berhasil mempertahankan penyebaran HIV dan STD di industri mereka.”

Baca selanjutnya: “Normal Baru” Ekonomi Tidak Mudah

Halaman:

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami