Industri Makin Ekspansif, Impor Bahan Baku Maret Naik 32,6%

Tia Dwitiani Komalasari
18 April 2022, 16:13
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas dengan m,enggunakan alat berat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/4/2022).
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/YU
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas dengan m,enggunakan alat berat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/4/2022).

Badan Pusat Statistik mencatat impor Indonesia pada Maret 2022 mencapai US$ 21,97 miliar, melonjak 32,02% dibandingkan Februari 2022 atau 30,85% dibandingkan Maret 2021. Impor tersebut didominasi bahan baku/penolong yang menjadi salah satu indikator  semakin menggeliatnya industri di Indonesia.

Berdasarkan data BPS, sebanyak  US$ 17,02 miliar atau 77,46% dari impor Maret 2022 merupakan bahan baku/penolong. Nilai tersebut naik 32,6% dibandingkan Februari 2022, atau naik 31,53% dari bulan yang sama tahun sebelumnya.

Sementara impor barang modal Maret 2022 senilai US$21,97 miliar naik 32,02% dibandingkan Februari 2022, atau naik 30,85% dari Maret 2021. Impor konsumsi mencapai US$ 1,82 miliar, naik 51,22% dibandingkan Februari 2022 atau 26,01% dibanidngkan Maret 2021.

“Struktur impor didominasi Bahan baku/penolong mendominasi impor pada Maret 2022 yaitu 77,46%, barang modal 14,26%, dan konsumsi 8,28%,” kata Kepala BPS Margo Yuwono saat konferensi pers Senin (18/4).

Tingginya peningkatan impor bahan baku/penolong tersebut menjadi salah satu tanda semakin bahwa industri tanah air semakin ekspansif. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan data naiknya impor bahan baku konsisten dengan tren perbaikan di sektor manufaktur.

PMI manufaktur pada Maret 2022 tercatat naik menjadi 51,3 pada Maret 2022, atau berada dilevel ekspansif. Menurut Bhima, dunia usaha diperkirakan semakin bergeliat pada kuartal ke II 2022 dipengaruhi pelonggaran mobilitas yang menyebabkan peningkatan mudik dibanding tahun lalu.

Peningkatan mudik terlihat dalam berbagai indikator permintaan jasa transportasi dan akomodasi yang tumbuh. “Selain itu, pemberian THR secara penuh juga mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga sehingga kapasitas produksi ikut meningkat,” kata Bhima kepada Katadata, Senin (18/4).

Menurut Bhima, faktor seasonal Ramadan- dan Idul Fitri sangat menentukan optimisme dunia usaha. Tapi tantangan terberat justru datang setelah lebaran.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...