Setelah Jatim, Wabah PMK Diduga Menyerang Sapi di NTB

Image title
Oleh Antara
10 Mei 2022, 14:06
Ilustrasi peternak sapi.
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Ilustrasi peternak sapi.

Puluhan ekor sapi di Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami gejala mirip dengan hewan ternak yang terkena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Timur (Jatim). Pemerintah daerah sedang melakukan pemeriksaan di laboratorium untuk mengidentifikasi penyakit tersebut.

"Dari laporan masyarakat, ditemukan 63 ekor sapi yang tiba-tiba sakit atau diduga terkena wabah penyakit. Namun, tidak ada yang mati," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah, Lalu Taufikurahman, di Praya, Selasa (10/5).

Advertisement

Lalu telah menurunkan tim untuk melakukan pengobatan pada sapi milik peternak yang mengalami gejala virus tersebut. Namun, dia belum bisa memastikan jenis penyakit yang menyerang puluhan ekor sapi itu.

"Tim sudah turun mengambil sampel. Hasilnya akan keluar pada pekan ini. Nanti kita akan sampaikan setelah hasil laboratorium dari Denpasar Bali telah keluar," katanya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan, hewan ternak tersebut mengalami gejala mengeluarkan lelehan lendir dari mulut dan hidung, luka di hidung, mengeluarkan air liur berlebihan, demam hingga mencapai 37 derajat celcius, serta di antara kuku kaki ada luka. Selain itu, sapi milik warga itu tidak nafsu makan sehingga nampak lemas.

"Gejalanya hampir sama (dengan PMK), tapi belum bisa kita pastikan. Peluang sembuh itu lebih besar, sehingga kita melakukan upaya pengobatan," katanya.

Pemerintah daerah telah mengeluarkan surat imbauan kepada semua kecamatan dan desa untuk melaporkan apabila ditemukan sapi dengan gejala mirip PMK. Warga diminta melaporkan kepada petugas yang telah disiagakan di masing-masing kecamatan.

"Kita imbau masyarakat untuk tidak melakukan pemotongan sapi sakit. Karena akan merugikan petani itu sendiri. Silakan dilaporkan ke petugas, supaya bisa diberikan pengobatan," katanya.

 Ia mengatakan, kondisi masyarakat terbatas, sehingga sapi yang sakit tidak bisa diisolasi atau dipisahkan dari kandang kompleks. Oleh karena itu, pihaknya melakukan pengobatan secara total kepada semua sapi yang diduga terkena virus tersebut.

Halaman:
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait

Advertisement