Investasi Rp 210 T di RI, Air Products Puluhan Tahun Jadi Partner NASA
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah bertemu CEO Air Products & Chemicals, Seifi Ghasemi, di Hotel Ritz Carlton, Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (12/5). Pertemuan ini membahas tindak lanjut dari nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Air Products terkait investasi hilirisasi batu bara yang diteken November 2021 silam.
“Saya menyambut baik penandatanganan MoU di Dubai, November 2021 lalu. Sebagai implementasi rencana tersebut, pada 24 Januari lalu saya telah lakukan groundbreaking industri hilirisasi coal to DME di Bukit Asam,” ujar Jokowi.
Air Products telah menyatakan komitmen investasi di Indonesia sebesar US$ 15 miliar atau setara Rp 210 triliun. Rencana investasi tersebut telah terealisasi sebesar USS$ 7 miliar atau setara Rp 102 trliun.
Seperti Apa Profil Perusahaan Air Products?
Air Products and Chemicals, Inc. adalah perusahaan internasional yang memilki bisnis utama pengolahan gas dan bahan kimia untuk keperluan industri. Perusahaan ini didirikan sejak 1940 dan memiliki kantor pusat di Allentown, Pennsylvania, Amerika Serikat.
Dilansir dari situs resmi perusahaan, Air Products fokus melayani proyek energi, lingkungan, dan pasar negara berkembang. Air Products telah mengembangkan dan mengoperasikan proyek gas industri di lebih dari 50 negara. Termasuk di antaranya proyek gasifikasi yang secara berkelanjutan mengubah sumber daya alam menjadi syngas (synthetic natural gas) untuk produksi energi, bahan bakar, dan bahan kimia bernilai tinggi.
Air products memasok berbagai jenis industri mulai dari makanan dan minuman, medis, energi, hingga transportasi. Penjualan Air Producst mencapai US$ 10,3 miliar dengan market cap US$ 55 miliar. Perusahaan kini telah memiliki lebih dari 50.000 tenaga kerja di berbagai negara.
Perusahaan juga menyediakan hidrogen cair dan bahan bakar oksigen cair untuk tangki eksternal pesawat luar angkasa. Air Products telah menjalin hubungan kerja dengan NASA selama 50 tahun. Air Products telah memasok hidrogen cair yang digunakan untuk setiap peluncuran pesawat ulang-alik serta misi Merkurius dan Apollo.
Pada 2019, NASA memberikan kontrak US$ 168 juta kepada Air Products untuk memasok helium bagi proyek luar angkasanya. Badan antariksa federal mengatakan bahwa helium tersebut akan mendukung beberapa program, termasuk Sistem Peluncuran Luar Angkasa dan pesawat ruang angkasa Orion.
Investasi di Indonesia
Tahap pertama investasi Air products di Indonesia telah terealisasi senilai US$ 7 miliar untuk tiga fasilitas produksi turunan gasifikasi batu bara. Tiga proyek hilirisasi batu bara tersebut adalah Dimethyl Ether (DME) di Tanjung Enim, Methanol di Balongan, dan Methanol di Cepu.
Realisasi investasi itu bekerja sama dengan badan usaha milik negara (BUMN) dan pengusaha nasional di beberapa lokasi seperti Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Hal itu juga merupakan komitmen pemerintah dalam menerapkan model investasi yang kolaboratif dan inklusif.
"Dalam konteks ini, kita langsung menindaklanjuti dengan perusahaan-perusahaan tersebut," ujar Bahlil pada November lalu.
Sementara komitmen investasi senilai US$ 8 miliar belum terealisasi. Bahlil mengatakan, perusahaan Amerika Serikat tersebut rencananya akan membangun fasilitas produksi hidrogen di beberapa bendungan milik pemerintah Indonesia.
Selain itu, Air Products sedang mendiskusikan kemungkinan investasi di industri petrokimia terintegrasi. Pembangunan industri di sektor hilir diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petrokimia dan turunannya di dalam negeri.
Realisasi Indonesia mengalami tren peningkatan tiap tahun selama periode 2017-2021, dengan rata-rata kenaikan sebesar 6,9%. Realisasi investasi pada 2021 meningkat 9% (year-on-year/yoy) dibanding tahun 2020 yang nilainya Rp826,3 triliun.