Larangan Ekspor Dicabut Jokowi, Harga CPO Dunia Berpeluang Turun
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyambut baik keputusan Presiden Joko Widodo yang akan membuka keran ekspor CPO dan produk turunannya mulai 23 Mei 2022. Namun demikian, kebijakan tersebut berpotensi untuk menurunkan harga CPO global.
Sekretaris Jenderal Gapki Eddy Martono menyatakan pembukaan keran ekspor CPO dan produk turunannya merupakan langkah yang tepat. Saat ini, kapasitas tampung CPO di lebih dari 50% tangki milik perusahaan kelapa sawit (PKS) dan industri sudah mulai penuh.
PKS adalah entitas yang menyerap tandan buah segar (TBS) dan mengubahnya menjadi CPO. Adapun, kapasitas penampungan CPO di dalam negeri sekitar 5 juta ton.
"Kalau ini (keran ekspor) dibuka kembali, yang akan dilakukan (PKS) adalah mengeluarkan CPO dari tangki-tangki dengan catatan pembeli CPO juga sudah membeli kembali. Di industri hilir pasti juga akan melakukan hal yang sama agar mereka dapat mengoptimalkan kembali produksi," kata Eddy kepada Katadata.co.id, Kamis (19/5).
Eddy optimistis CPO dan produk turunannya dari Indonesia masih diminati oleh pasar global. Hal itu karena permintaan minyak nabati dunia sedang tumbuh didorong oleh terbatasnya pasokan dari produsen utama.
Saat ini, harga CPO di pasar ekspor melonjak secara tahunan. Gapki mendata rata-rata harga CPO setelah biaya logistik dan asuransi (cost, insurance, and freight/Cif) di Rotterdam, Belanda mencapai US$ 1.813 per ton per Maret 2022. Angka tersebut naik 62,45% dari harga CPO Cif Rotterdam per Maret 2021 senilai US$ 1.116 per ton.
Eddy mengatakan, pembukaan keran ekspor CPO bisa mempengaruhi harga global. Sebab, pembukaan ekspor akan menambah pasokan minyak nabati dunia.