Luhut Optimistis Nilai Ekspor Besi dan Baja Naik 39% Berkat Hilirisasi
Pemerintah tengah melakukan transformasi industri dengan mengalihkan ekspor bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Langkah itu berdampak pada peningkatan nilai ekspor Indonesia tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyoroti salah satu transformasi ekonomi pada industri baja. Menurutnya, hilirisasi industri baja ke produk baja nirkarat mendorong total nilai ekspor nasional ke level US$ 232 miliar pada 2021.
"Kalau ini semua proses berjalan baik, kita bisa ekspor (dengan nilai) lebih dari US$ 240 miliar (pada tahun ini)," kata Luhut dalam acara Bangga Buatan Indonesia Lagawi Fest 2022 yang disiarkan secara daring, Kamis (23/6).
Luhut menyebutkan realisasi nilai ekspor pada tahun lalu mejadi rekor tertinggi sepanjang sejarah. Adapun, 70% dari peningkatan nilai ekspor berasal dari hilirisasi besi dan baja.
Dia mencatat, hilirisasi membuat nilai ekspor industri baja mencapai US$ 20,9 miliar pada 2021. Angka itu naik 91,74% dari capaian 2020 senilai US$ 10,9 miliar.
Pada semester I-2022, nilai ekspor besi dan baja nasional baru mencapai US$ 9,5 miliar. Namun demikian, Luhut optimistis nilai ekspor besi dan baja pada akhir tahun ini dapat tumbuh 39,02% menjadi US$ 28,5 miliar.
Luhut mengatakan, hilirisasi industri besi dan baja akan berlanjut. Menurutnya, komoditas selanjutnya yang akan menjadi fokus pemerintah adalah baterai litium dan mobil listrik (EV).
Sejauh ini, telah ada empat produsen baterai listrik yang menyatakan komitmen atau sedang membangun pabrik baterai listrik di dalam negeri. Produsen yang dimaksud adalah Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), LG Chem (LG), BASF, VW, dan Bristishvolt.
"Kita akan menjadi produsen lithium battery nomor satu atau nomor dua pada 2029," kata Luhut.