Jerman Cetak Defisit Perdagangan Pertama Sejak 1991

Tia Dwitiani Komalasari
5 Juli 2022, 00:35
Ilustrasi Jerman
Pixabay
Ilustrasi Jerman

Jerman mencatatkan defisit perdagangan bulanan pertama sejak 1991 di tengah melonjaknya inflasi dan gangguan rantai pasokan yang membebani basis industri negara itu. Pada Mei 2022, defisit perdagangan Jerman mencapai €1 miliar atau setara dengan Rp 15,6 triliun

Dikutip dari Bloomberg Selasa (5/7), defisit bulanan tersebut adalah yang pertama sejak reunifikasi Jerman. Ekspor Jerman pada Mei 2022 turun 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi €125,8 miliar, sementara impor meningkat 2,7% menjadi €126,7 miliar.

Angka tersebut lebih dari perkiraan ekonom. Sementara dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, ekspor naik hampir 12%, sementara nilai impor melonjak hampir 30%.

Basis manufaktur dominan Jerman telah menghadapi gangguan dari masalah rantai pasokan global yang disebabkan oleh pandemi dan lockdown di China. Melonjaknya harga energi dan melemahnya permintaan barang juga memukul permintaan.

Angka yang diterbitkan pada Jumat (1/7), menunjukkan output manufaktur di seluruh zona euro turun pada bulan Juni untuk pertama kalinya sejak lockdown awal pada 2020. Hal itu merupakan tanda memburuknya kondisi ekonomi.

Menurut angka perdagangan terbaru, harga impor seperti energi, makanan dan komponen industri naik lebih dari 30% di bulan Mei dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara harga ekspor naik sekitar setengah tingkat.

Angka tersebut muncul saat perang Rusia di Ukraina mendorong harga energi di seluruh Eropa. Melambungnya harga energi mengakibatkan kenaikan inflasi dan mempengaruhi neraca perdagangan negara-negara yang bergantung pada impor minyak dan gas untuk sebagian besar kebutuhan energi mereka.

Defisit transaksi berjalan Inggris, yang mengukur perdagangan lintas batas dan arus keuangan, melonjak pada kuartal pertama tahun ini ke level tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1950-an. Meskipun sebagian besar disebabkan oleh melonjaknya biaya impor bahan bakar, hal itu juga terjadi karena banyak eksportir Inggris bergulat dengan gangguan Brexit dari masalah perbatasan dan berbelit-belit birokrasi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...