Jokowi Targetkan Bandara Komodo Bisa Layani Pesawat Berbadan Lebar
Presiden Joko Widodo meresmikan perluasan kapasitas Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kamis (21/7). Namun demikian, kepala negara menginstruksikan agar kapasitas bandara kembali diperluas dalam waktu dekat.
Perluasan kapasitas yang dimaksud adalah penambahan panjang landasan pacu atau runway pesawat sepanjang 400 meter menjadi 2.650 meter. Presiden Jokowi meminta agar runway tersebut kembali diperpanjang 100 meter menjadi 2.750 meter agar bisa mengakomodir pesawat berbadan lebar (wide body).
"Kalau nggak bisa (ditambah lagi panjang runway pada) tahun ini, maksimal tahun depan harus selesai, sehingga pesawat-pesawat dan penerbangan langsung dari mancanegara bisa langsung turun di Labuan Bajo," kata Presiden Jokowi saat Peresmian Perluasan Bandar Udara Komodo, Kamis (21/7).
Jokowi berharap penambahan wisatawan mancanegara (wisman) dapat menaikkan popularitas Labuan Bajo. Pada akhirnya, langkah tersebut dinilai akan mensejahterakan masyarakat Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan, luas Bandara Komodo bertambah 20 hektar karena penambahan panjang runway sepanjang 400 meter tersebut. Perluasan tersebut membuat Bandara Komodo dapat melayani pesawat Boeing 737 atau pesawat berbadan kecil (narrow body) lainnya.
Selain memperpanjang runway, pemerintah juga memperluas dan mempercantik terminal Bandara Komodo menjadi 13.366 meter persegi. Di sudut-sudut terminal Bandara Komodo kini dihiasi dengan motif songke mata manuk atau mata ayam.
Total kapasitas kunjungan Bandara Komodo sampai saat ini adalah satu juta penumpang per tahun. Angka tersebut ditargetkan menjadi empat juta penumpang per tahun pada 2044.
Sebelumnya, PT Cardig Aero Sevices (CASS) telah memenangkan lelang proyek pengembangan Bandara Komodo dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) pada akhir 2019. Dengan demikian, CASS memiliki konsesi atas Bandara Komodo selama 25 tahun.
Total investasi yang dikucurkan dalam pengembangan tersebut mencapai Rp 1,2 triliun dengan perkiraan biaya operasional selama 25 tahun senilai Rp 5,73 triliun oleh CASS. Namun demikian, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan seluruh dana yang digunakan untuk proyek pengembangan Bandara Komodo berasal dari anggaran negara.
"Kami mengharapkan investor lain untuk mengembangkan agar bandara ni lebih baik dan lebih kompetitif," kata Budi.
Selain untuk melayani wisatawan Pelabuhan Way Kelambu juga dapat melayani kebutuhan logistik di Labuan Bajo. Oleh karena itu, pemerintah juga membangun Pelabuhan Labuan Bajo yang khusus melayani kapal-kapal wisata. Budi berharap pengoperasian Pelabuhan Way Kelambu dan Pelabuhan Labuan Bajo dapat meningkatkan industri pariwisata.
Selain menjadi Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Labuan Bajo juga akan menjadi salah satu tempat ajang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022. Oleh karena itu, pemerintah juga merevitalisasi tiga bandara lain di Nusa Tenggara Timur, yakni Bandara Mali di Alor, Bandara Fransiskus Xaverius Seda di Maumere, dan Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin di Sumbawa Besar.