Toyota Indonesia Belum Berencana Produksi Mobil Listrik, Ini Alasannya
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia atau TMMIN menyatakan belum berencana memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai atau BEV. Adapun, TMMIN akan mendukung transisi menuju kendaraan listrik dengan fokus memproduksi mobil hybrid.
Secara sederhana, mobil hybrid menggunakan dua sumber energi sebagai bahan bakar, yakni listrik dari baterai dan bahan bakar minyak. Pertimbangan produksi mobil hybrid adalah agar ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri lebih cepat terbangun daripada langsung memproduksi BEV.
"Untuk mempercepat ekosistem electric vehicle, karena mobil hybrid lebih terjangkau, tapi ada elektrifikasinya," kata Direktur Corporate Affairs TMMIN Bob Azzam di GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022, Kamis (11/8).
Bob mengatakan, TMMIN pada akhirnya akan memproduksi mobil hybrid pada segmen harga Rp 200 juta - Rp 300 juta. Namun demikian, lanjutnya, produksi awal mobil hybrid TMMIN tidak akan dijual pada rentang harga tersebut.
Salah satu komponen yang membuat mobil hybrid besutan TMMIN belum dapat dijual pada rentan Rp 200 juta - Rp 300 juta adalah teknologi mobil hybrid di dalam negeri. Namun demikian, Bob mengatakan TMMIN akan mencari titik optimum antara keterjangkauan dan harga teknologi tersebut.
Bob menilai produksi mobil hybrid adalah bentuk edukasi konsumen menuju kendaraan listrik, khususnya konsumen dengan pendapatan minimum. Menurutnya, saat ini penerimaan konsumen terhadap kendaran listrik dengan baterai 60 kilowatt hour (KWh) akan sulit jika penjualan mobil hybrid dengan baterai 1 KWh belum mudah diterima.
Dengan mempopulerkan mobil hybrid, Bob mengatakan, ekosistem kendaraan listrik akan terbentuk lebih cepat. Salah satu infrastruktur yang dinilai akan terakselerasi adalah pembentukan industri daur ulang baterai kendaraan listrik.
"Kan pembentukan industri daur ulang baterai kendaran listrik ada minimum produksinya. Mobil hybrid akan mempercepat pondasi untuk masuk ke kendaraan listrik," kata Bob.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan mayoritas mobil listrik yang mengaspal di jalan raya pada tahun 2021 didimonasi oleh pabrikan mobil asal Korea Selatan, Hyundai. Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan total jumlah mobil listrik yang terjual di Indonesia masih di bawah 1.000 unit.
"Mungkin 700-an, masih sedikit sekali. Mayoritas Hyundai," kata Agus saat ditemui wartawan di Kantor Kementerian ESDM pada Kamis (4/8).
Agus menjelaskan pemerintah melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) menargetkan 7,5 Gigawatt (GW) kapasitas baterai terpasang di kendaraan listrik pada 2030. Adapun satu mobil listrik memiliki kapasitas 40 KWh dan 6,2 Kwh untuk sepeda motor listrik.
Dalam konteks transfer listrik ke baterai yang tertanam di kendaraan listrik, KWh merupakan satuan yang menunjukan energi dari paket baterai pada mobil atau sepeda motor listrik. Adapun 1 GW setara dengan 1 juta KW.
Jika dikalkulasikan, pada tahun 2030, diperkirakan ada 187.500 mobil listrik yang ada di Indonesia. Selanjutnya, jika dihitung ke dalam besaran Kwh sepeda motor, diperkirakan ada 1,2 juta motor listrik meluncur di jalanan Indonesia pada 2030.
"Kalau ditanya berapa unit jawabnya agak susah, karena kami pendekatannya dari baterai yang ditransfer ke jumlah mobil ataupun motor," sambung Agus.
Beberapa mobil listrik memiliki harga yang bervariasi, ada yang dibanderol dengan harga cukup murah hingga sangat mahal. Melansir dari situs cars.com, inilah deretan delapan mobil listrik dengan harga paling terjangkau di dunia saat ini.