Kunker ke India, Mendag Raih Potensi Ekspor Senilai Rp47,5 Triliun

Andi M. Arief
23 Agustus 2022, 19:32
Pekerja memuat hasil perkebunan kelapa sawit di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8). Petani belum menikmati efek positif dari pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah yang sudah dirasakan para pel
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pekerja memuat hasil perkebunan kelapa sawit di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8). Petani belum menikmati efek positif dari pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah yang sudah dirasakan para pelaku industri kelapa sawit sejak 15 Juli 2022. Harga tandan buah segar atau TBS petani masih di bawah Rp 1.500 per kilogram dan ada pula pabrik yang belum mau menampung hasil panen mereka dengan alasan tangki minyak sawit mentah atau CPO penuh.

Kementerian Perdagangan atau Kemendag telah melakukan misi dagang ke India dan membawa pulang 22 nota kesepahaman senilai US$ 3,2 miliar atau Rp 47,5 triliun. Seluruh nota kesepahaman tersebut akan dikerjakan oleh 10 pelaku usaha dan eksportir dari Indonesia dan mitra dagangnya di India.

Dari seluruh nota kesepahaman atau MoU tersebut, komoditas yang mendominasi adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya sebanyak 2,6 juta ton atau senilai US$ 3,16 miliar. Komoditas lain yang masuk dalam 22 nota kesepahaman tersebut adalah batu bara, furnitur, perkakas plastik, bubur kertas, dan kertas.

"Itu saya satu hari berhasil melakukan kerja sama MoU nilai kontraknya US$ 3,2 miliar dalam satu hari, dapat kontrak perdagangan CPO sebanyak 1,8 juta ton," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Aula Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (23/8).

Zulkifli berharap nota kesepahaman perdagangan tersebut dapat saling menguntungkan pelaku usaha di Indonesia dan India. Menurutnya, nota kesepahaman dagang tersebut penting di tengah ketidakpastian pasar dan tantangan ekonomi global.

 Sebelumnya, Plt. Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Isy Karim mengatakan saat ini kepercayaan diri buyer CPO di pasar internasional sudah mulai membaik. Untuk mempercepat laju ekspor, Isy mengatakan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan akan melakukan misi dagang ke beberapa negara importir CPO terbesar dunia, salah satunya India.

Isy mengatakan, Menteri Perdagangan melakukan kunjungan ke India untuk mengamankan permintaan CPO pada Hari Raya Dipawali pada 24 Oktober 2022. Menurutnya, tujuan lain dari misi dagang Zulkifli ke India adalah meningkatkan kepercayaan diri importir CPO di India atas CPO Indonesia.

Isy mengataka,n kepercayaan buyer terhadap produksi CPO indonesia telah menjadi prioritas perwakilan perdagangan di seluruh kedutaan besar.  Langkah ini diharapkan akan mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) sawit di dalam negeri.

Sebagai informasi, total nilai ekspor CPO Indonesia ke India pada 2021 mencapai US$ 3,4 miliar. Angka tersebut setara dengan 25% dari total nilai ekspor ke India.

Advertisement

 Adapun, total nilai perdagangan Indonesia-India pada semester I-2022 mencapai US$ 16,67 miliar. Pada periode yang sama, total ekspor non migas Indonesia ke Negeri Bollywood mencapai US$ 15,3 miliar atau naik 75% dari capaian Januari-Juni 2021 senilai US$ 8,7 miliar.

Di sisi lain, Isy mengkhawatirkan minimnya pasokan kontainer maupun kapal vessel untuk mengirimkan CPO nasional ke pasar ekspor. Menurutnya, saat ini pasokan kontainer dan kapal vessel dunia sedang didominasi oleh Cina.

"Cina lagi gencar-gencarnya membuat cadangan pangan nasionalnya," kata Isy.

Indonesia membukukan ekspor dengan India sebesar US$ 10,41 miliar data per Desember 2020. Nilai turun 11,92% dibandingkan ekspor tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 11,82 miliar. Berikut komoditas yang paling banyak diekspor ke India:

Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement