Harga Telur Masih Tinggi Meski Stok Melimpah, Apa Penyebabnya?
Harga rata-rata telur nasional masih tinggi yaitu senilai Rp 31.500 per kilogram. Harga telur yang tinggi tersebut masih terjadi meskipun stoknya melimpah.
Berdasarkan data hargapangan.id, kenaikan harga terjadi pada telur ayam ras menjadi Rp 31.500 per kilogram, dari hari sebelumnya Rp 31.350 per kg. Komoditas tersebut mengalami kenaikan harga sejak sebulan terakhir. Harga rata-rata telur tertinggi terdapat di Maluku mencapai Rp 40.000 per kg. Sementara harga telur terendah ada di Jambi senilai Rp 26.550 per kg.
Salah seorang pedagang sembako di Pasar Mega Legenda Batam, Mardiyanto, mengatakan harga telur naik sebanyak 20% sejak sebulan terakhir. Kondisi tersebut menyebabkan jumlah konsumen yang membeli telur menurun.
"Kami jual telur 1 papan itu Rp60 ribu kalau per butir Rp2 ribu. Sebelum naik harga telurnya kami jual Rp50 ribu per papan," kata dia seperti dikutip dari Antara.
Anomali harga telur terjadi di Kalimantan Selatan yang berada di kisaran Rp 28.000-Rp 30.000 per kilogram. Kenaikan harga tersebut terjadi meskipun stok melimpah.
"Harga masih stabil tinggi, karena mengalami penyesuaian akibat naiknya biaya produksi," kata Kepala Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan Birhasani.
Birhasani mengatakan, suplai telur di Kalimantan Selatan saat ini minimal 175 ton per hari. Dengan demikian, total suplai per bulan mencapai 5.425 ton.
"Kebutuhan Kalsel hanya sekitar 3.500 ton per bulan, berarti surplus," ujarnya
Ketersediaan itu belum dihitung distribusi telur dari Jawa Timur yang masuk ke Kalsel. Sebagian telur itu akhirnya disalurkan ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Harga Telur Cari Keseimbangan
Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional menyebutkan kenaikan harga telur saat ini karena sedang mencari keseimbangan sebagai akibat kenaikan pada beberapa variabel biaya.
"Contohnya pakan karena beberapa ada yang masih impor sehingga ketika terjadi gejolak mata uang harga ikut naik," kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi saat memberikan arahan pada Rapat Pimpinan Provinsi III/ 2022 Kadin DKI Jakarta di Jakarta, Sabtu (29/8).
Selain pakan, kenaikan biaya transportasi juga menyebabkan harga telur lebih tinggi dari sebelumnya. Apalagi telur merupakan komoditas yang tidak tahan lama.
Arief mengatakan, harga telur tidak mungkin untuk kembali ke harga Rp19.000 hingga Rp20.000 per kilogram karena akan mematikan peternak.
"Kalau harga menjadi Rp19.000 hingga Rp20.000 per kilogram peternak pasti kolaps dan mereka bakal kapok menjadi peternak," ujar Arief.
Arief mengingatkan ketika harga telur jatuh empat bulan menjelang lebaran, semua peternak lantas memotong ayam petelur untuk menutup kerugian.
"Namun apa yang terjadi setelah harga kembali normal. Pengadaan ayam petelur itu tidaklah mudah. Butuh waktu lima hingga enam bulan agar ayam bisa bertelur kembali," ujar Arief.