70% Bahan Baku Industri Mamin Impor, GAPPMMI: Investasinya Terus Turun

Andi M. Arief
30 Agustus 2022, 18:24
Proses produksi industri makanan dan minuman di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (13/9/2017).
ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Proses produksi industri makanan dan minuman di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (13/9/2017).

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia atau Gapmmi menargetkan peningkatan investasi di bidang bahan baku industri makanan dan minuman. Hal tersebut dinilai penting untuk mensubstitusi beberapa bahan baku pangan olahan, seperti gandum.

Ketua Umum Gapmmi, Adhi S Lukman, mengatakan sebanyak 70% bahan baku industri makanan dan minuman atau mamin masih bergantung impor. Kebutuhan impor tersebut berpotesi terus bertambah seiring dengan tumbuhnya konsumsi makanan dan minuman setiap tahunnya.

"Pengeluaran rata-rata biaya makan per kapita adalah 50% dari total pendapatan, kalau di desa bisa sampai 60% dari total pendapatan. Dari 50% tersebut, 30% dikeluarkan untuk makanan olahan," kata Adhi dalam konferensi pers Food Ingredients Asia 2022 di Jakarta, Selasa (30/8).

Adhi mencatat investasi pada industri mamin dari dalam negeri pada 2019-2021 konsisten menurun.  Penanaman modal asing atau PMA di industri mamin pada semester I-2022 menyusut 20% secara tahunan menjadi US$ 1,2 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 1,5 miliar. Adapun, total PMA pada industri mamin pada tahun lalu adalah US$ 2,3 miliar.

Namun demikian, nilai penanaman modal dalam negeri atau PMDN di industri mamin pada semester I-2022 tumbuh menjadi Rp 24 triliun. Angka tersebut mendekati realisasi PMDN pada 2021 senilai Rp 26,5 triliun.

Berdasarkan data Kementerian Investasi, total investasi baru pada industri makanan pada Januari- Juni 2022 telah mencapai Rp 42 triliun atau 7,2% dari total investasi semester I-2022. Secara rinci, PMDN pada industri makanan senilai Rp 24,2 triliun, sementara itu PMA industri adalah US$ 1,23 miliar.

Secara kumulatif, data realisasi investasi sepanjang periode Januari-Juni 2022 (Semester I) mencapai Rp 584,6 triliun atau meningkat sebesar 32% dibanding dengan periode yang sama pada 2021 (year on year).

 Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa capaian ini menandakan pulihnya investasi sejak pandemi Covid-19 melanda dua tahun yang lalu. Sejak pandemi, para pelaku usaha melakukan penyesuaian, baik berupa penundaan maupun penghentian produksi sementara waktu. Di saat bersamaan, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk membantu para pelaku usaha agar tetap bertahan.

Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...