Banyak Bandara Baru Mati Suri, Jokowi Masih Akan Bangun 10 Lagi
Sejumlah bandara baru yang dibangun dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terpantau sepi penumpang sehingga tidak beroperasi. Namun demikian, pemerintah masih akan membangun 10 bandara baru lagi hingga 2024.
Plt Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Nur Isnin Istiartono, mengatakan sebelumnya pemerintah menargetkan untuk membangun 16 bandara baru pada 2023. Namun demikian, target pembangunan tersebut dikoreksi menjadi hanya 10 lokasi.
"Pembangunan bandara dikoreksi karena alokasi dana yang terbatas. Bandara tersebut ditargetkan dapat diresmikan Bapak Presiden sebelum 2024," ujarnya dalam Youtube Komisi V DPR RI yang dikutip Jumat (16/9).
Adapun 10 bandara baru yang akan dibangun tersebut adalah:
1. Bandara Siau, Sulawesi Utara
2. Bandara Tambelan, Bintan, Kepulauan Riau
3. Bandara Nabire Baru, Papua
4. Bandara Baru Siboru, Fakfak, Papua
5. Bandara Mentawai, Sumatera Barat
6. Bandara Mandailing Natal, Sumatera Utara
7. Bandara Pohuwato, Gorontalo
8. Bandara Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara
9. Bandara Banggai Laut Sulawesi Tengah
10. Bandara Singkawang Kalimantan Barat.
Selain pembangunan bandara baru, Kemenhub juga akan merehabilitasi dan mengembangkan 156 bandara yang telah ada.
"Kami juga mengembangkan bandara di daerah terisolir, perbatasan dan rawan bencana pada 28 bandara. Serta memulai pembangunan bandara perairan atau waterbased airport untuk mendukung destinasi destinasi wisata," ujarnya.
Bandara baru mati suri
Pemerintahan Joko Widodo memang gencar melakukan pembangunan infrastruktur di masa kepemimpinannya, termasuk bandara baru. Namun demikian, sejumlah bandara baru tersebut kini mati suri karena sepi penumpang dan tidak beroperasi.
Berdasarkan catatan Katadata.co.id, setidaknya ada empat bandara yang sepi penumpang dan tidak beroperasi yaitu JB Soedirman, Purbalingga; Bandara Ngloram, Blora; Bandara Wiriadinata, Tasikmalaya; sertaBandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka.
Pakar Transportasi, Alvin Lie, menilai bahwa fenomena sepinya bandara itu diakibatkan Pemerintah tidak melakukan perencanaan yang optimal saat pembangunan bandara. Mega proyek tersebut hanya dinilai sebagai prestasi politik.
“Seolah-olah kalau ada bandara, penerbangan pada datang sendiri,” ujar Alvin Lie kepada Katadata.co.id, Kamis (15/9).
Alvin mengatakan, pembangunan bandara baru harus mempunyai kajian yang komprehensif dan objektif. Pembangunan bandara juga harus memiliki perencanaan untuk kebutuhan 50-100 tahun mendatang. Namun demikian, Alvin Lie menyarankan agar pembangunan bandara dilakukan secara bertahap.
“Pembangunannya mungkin untuk kebutuhan 5-10 tahun dahulu. Dibangun kecil dahulu kemudian dikembangkan, karena biaya operasional dan perawatannya tinggi,” ujar Alvin.
Menurut Alvin, penyebab dari sepinya bandara Wiriadinata disebabkan karena ekosistemnya belum terbangun. Seharusnya, pembangunan bandara harus didukung oleh ekosistem yang memadai.
Begitu juga dengan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang belum menerima penerbangan komersial sejak April 2020 lalu. Namun, bandara Kertajati direncanakan akan menerima penerbangan haji mulai November mendatang.
Indonesia saat ini memiliki 299 bandar udara (bandara) yang melayani penerbangan domestik maupun internasional. Berikut 10 bandara dengan luas lahan terbesar di Indonesia, seperti tertera pada grafik.