Produksi Kompor Listrik Akan Digenjot hingga 5 Juta Unit Tahun Depan
Kementerian Perindustrian atau Kemenperin akan menggenjot kapasitas produksi kompor induksi yang menggunakan tenaga listrik tahun dari 300 ribu tahun ini menjadi 5 juta unit pada 2023. Namun demikian, rencana tersebut hanya akan terjadi jika program penggantian kompor konvensional ke kompor induksi berlanjut pada tahun depan.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin, Taufiek Bawazier, mengatakan saat ini baru ada satu perusahaan yang memproduksi kompor induksi di dalam negeri, yakni PT Adyawinsa Electrical and Power (Myamin). Dengan demikian, kapasitas produksi kompor induksi pada tahun ini baru mencapai 300.000 unit per tahun.
Padahal terdapat setidaknya 11 produsen kompor di dalam negeri yang bisa memproduksi kompor induksi. Pada 2023, Bawazier mengatakan, ada empat produsen kompor yang akan memproduksi kompor induksi, yakni PT Maspion Elektronik (Maspion), PT Hartono Istana Teknologi (Polytron), PT Selaras Citra Nusantara Persada (Turbo), dan PT Sutrakabel Intimandiri (Sutrado).
"Kapasitas produksi kompor induksi di dalam negeri jadi 5 juta unit per tahun pada 2023 kalau ada program penggantian kompor konvensional menjadi kompor induksi. Kalau tidak ada program, industri akan menyesuaikan," kata Taufiek di Kompleks Gedung DPR, Rabu (21/9).
Jika program penggantian kompor induksi berlanjut pada 2023, Myamin akan meningkatkan kapasitas produksinya dari 300.000 per tahun menjadi 1,2 juta unit per tahun. Sementara itu, Polytron dan Sutrado berencana memasang fasilitas produksi kompor induksi masing-masing sebanyak 1 juta unit per tahun.
Adapun, Maspion dan Turbo akan melakukan investasi dalam produksi kompor induksi masing-masing sebanyak 300.000 unit. Beberapa pelaku industri lainnya pun akan memasang fasilitas produksi kompor induksi dengan total kapasitas produksi hingga 1,2 juta juta unit.
Taufiek mendata tingkat komponen dalam negeri atau TKDN industri kompor listrik saat ini baru mencapai 25%. Namun demikian, Taufiek optimistis angka tersebut akan naik jika program penggantian kompor induksi terus berlanjut.
Pasalnya, kapasitas produksi kompor induksi akan meningkat jika program tersebut berlanjut. Alhasil, rantai pasok komponen industri kompor induksi akan secara otomatis terbentuk dengan besarnya produksi kompor induksi di dalam negeri.
Taufiek mengatakan, Kemenperin mendukung program penggantian kompor induksi tersebut lantaran volume pasarnya yang cukup besar. Dia menghitung target pasar industri kompor induksi mencapai 88,8 juta jika program tersebut terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang.
Taufiek merinci sebanyak 80,4 juta kebutuhan pasar induksi akan berasal dari rumah tangga dengan pasokan daya dari PT PLN sebanyak 450 volt ampere (VA). Sementara itu, sebanyak 8,4 juta unit akan datang dari rumah tangga dengan konsumsi energi sebanyak 900 VA.
Namun demikian, Taufiek menekankan program penggantian kompor menjadi kompor induksi tersebut harus menguntungkan bagi masyarakat. Di sisi lain, Taufiek berpendapat pengawasan program tersebut harus ketat agar masyarakat tidak menggunakan dua jenis kompor, yakni kompor induksi dan kompor konvensional.
"Jadi, begitu dipasang PLN, gas LPG-nya diambil. Masyarakat harus diedukasi untuk mengubah kebiasaan," kata Bawazier.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN menyatakan inisiasi program penggantian kompor konvensional dengan kompor induksi merupakan hasil dari rapat koordinasi terbatas. Namun demikian, pemerintah belum memastikan sumber pasokan kompor induksi tersebut.
Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, mengatakan program tersebut akan diuji coba dengan penggantian menjadi kompor induksi di 300.000 rumah tangga. Namun demikian, Kemenperin mendata produsen kompor induksi eksisting di dalam negeri hanya satu, yakni PT Adyawinsa Electrical and Power dengan kemampuan produksi 300.000 unit per tahun.
"Kami lihat perkembangan program ini dengan Kementerian Perindustrian dan bagaimana industri itu bisa didukung," kata Pahala di Jakarta, Rabu (21/9).
Pahala berharap program tersebut dapat mengoptimalisasi penggunaan kompor induksi di dalam negeri. Adapun, lanjut Pahala, pemerintah akan terus mengawasi perkembangan program tersebut.
Meski kompor induksi banyak diklaim lebih ramah lingkungan ketimbang LPG, tampaknya tak semua orang mau beralih ke kompor jenis tersebut. Hal ini setidaknya terlihat dalam laporan riset Rizda Noverita dan Dr Jacob Silas Mussry yang bertajuk Proposed PT PLN (Persero) Marketing Capability to Realize Induction Stove as A Preferable Option for LPG Substitution and Electrifying Lifestyle Growth (2020).
Menurut laporan itu, dari 131 orang yang disurvei, proporsi yang berminat membeli kompor induksi hanya 63,35%. Sedangkan 36,65% lainnya tidak berminat.