Berapa Nilai Harta Karun yang Ditemukan pada Proyek MRT?
PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menemukan sejumlah cagar budaya pada saat pembangunan MRT fase 2 yang menghubungkan antara Stasiun Bundaran HI. Harta karun tersebut terpendam sejak awal abad 20 atau berusia sekitar 100 tahun.
Ketika dikonfirmasi mengenai nilai dari penemuan harta karun tersebut, Arkeolog Junus Satrio Atmodjo mengatakan bahwa dia tidak bisa secara gamblang menyebutkan nilai dari penemuan tersebut berdasarkan angka rupiah.
"Kalau ditanya nilainya, itu kan sifatnya subjektif. Jadi setiap orang akan berbeda-beda dalam mengapresiasi atas objek tersebut," ujarnya.
Namun dia menegaskan bahwa penemuan cagar budaya pada abad ke-21 menjadi sejarah yang penting untuk diingat masyarakat. Pada abad 18 hingga 21, perubahan sosial dan teknologi terbilang sangat lambat. Namun hal itu menarik untuk dipelajari.
Satrio mencontohkan saluran air kuno yang bahan bangunannya didatangkan khusus dari Belanda. Berdasarkan teknologi yang digunakan pada saluran tersebut dapat terlihat bahwa VOC merencanakan pembangunan infrastrujtur tersebut dengan baik.
"Saluran dibuat seperti teknologi masa kini dengan susunan yang rapih dan direncanakan akan berujung pada kolam besar. Jadi orang-orang VOC dahulu bisa dibilang sangat canggih bisa menciptakan saluran air seperti itum+," ujarnya.
Junus mengatakan, arkaeolog terus melakukan penelitian mengenai penemuan cagar budaya dalam proyek MRT tersebut. Sejumlah penemuan tersebut rencananya akan dilestarikan dalam museum yang akan didirikan di dalam Stasiun MRT Kota.
Dia mengatakan, fungsi museum di dalam stasiun MRT Kota ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kehidupan warga Batavia saat pemerintahan Belanda. “Jadi nanti di dalam Museum kita buatkan narasinya, kita kasih fotonya kita lengkapi video ceritanya, supaya ketika masuk ke stasiun itu bukan hanya untuk naik kereta tetapi juga belajar tentang sejarah kota Jakarta.,” ujar Satrio.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, mengatakan bahwa pihaknya selalu memastikan penyelamatan cagar budaya sebelum mulai membangun terowongan maupun stasiun MRT di fase 2 yang menghubungkan Stasiun Bunderan HI hingga Stasiun Kota. PT MRT Jakarta juga harus membelokkan jalur rel agar tidak merusak cagar budaya berupa sisa tembok tua Batavia yang lebih dikenal dengan Pintu Besar.
"Kami melakukan 'checking' dan menemukan banyak sekali cagar budaya", kata Silvia, Selasa (20/9).
PT MRT Jakarta mulai melakukan pengerjaan fase 2 koridor Bundaran Hotel Indonesia-Stasiun Kota pada 14 Februari 2022. Saat ini, progress pengerjaan proyek tersebut telah mencapai 15 persen.
Saat ini, PT MRT Jakarta baru melayani satu koridor yakni dari Lebak Bulus hingga Bunderan HI dengan jalur melayang dan melewati terowongan, sedangkan koridor 2 dari Bunderah HI hingga Jakarta Kota menggunakan jalur terowongan.
DKI Jakarta memiliki 168 unit cagar budaya. Persebarannya paling banyak di Jakarta Pusat, yakni sebanyak 95 unit. Sementara itu, cagar budaya di Jakarta Selatan dan Kepulauan Seribu berjumlah paling sedikit, masing-masing sebanyak enam unit dan lima unit.