Harga Minyak Melonjak 3% Didorong Rekor Ekspor AS
Sementara harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik US$ 2,17 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi US$ 95,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Pelemahan dolar AS berdampak besar pada kenaikan harga minyak. Pasalnya, penguatan dolar AS yang terjadi akhir-akhir ini telah menjadi faktor penting yang menghambat kenaikan pasar minyak.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 1,13 persen menjadi 109,7010 pada akhir perdagangan Rabu (26/10/2022), menyusul penurunan 0,9 persen di sesi sebelumnya. Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
"Secara keseluruhan ini adalah langkah dalam mata uang dolar, dan jika Anda berpikir ada faktor lain di luar itu, itu bodoh," kata Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (27/10).
Ekspor minyak AS cetak rekor
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan Rabu (26/10) bahwa persediaan minyak mentah komersial negara itu naik 2,6 juta barel selama pekan yang berakhir 21 Oktober. Angka tersebut lebih besar dari yang diperkirakan, tetapi itu lebih rendah dari data industri yang menunjukkan peningkatan 4,5 juta barel.
Sementara itu, ekspor minyak mentah AS naik menjadi 5,1 juta barel per hari. Angka terbesar mencetak rekor terbesar dalam sejarah AS. Impor minyak mentah AS juga berada di level terendah dalam sejarah.
"Secara keseluruhan, berkat pasar ekspor, ini berubah menjadi laporan bullish meskipun ada peningkatan persediaan minyak mentah komersial berukuran sedang," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.
Pedagang mengaitkan lonjakan ekspor dengan melebarnya selisih harga WTI-Brent, yang, memasuki perdagangan Rabu (26/10), mencapai lebih dari 8 dolar AS per barel.
Menurut proyeksi Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), selama periode kuartal keempat 2022 sampai akhir 2023 produksi bahan bakar cair (liquid fuels) global masih berada di kisaran 100 juta barel/hari.
Angka produksi tersebut tak jauh berbeda dengan masa pra-pandemi tahun 2019, bahkan sudah meningkat dibanding masa pandemi 2020-2021.
Sementara itu, konsumsi bahan bakar cair (liquid fuels) global sampai akhir tahun depan diprediksi tidak terpaut jauh dari angka produksinya, seperti terlihat pada grafik di atas.