Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Baru Balik Modal Setelah 38 Tahun
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau KCJB diperkirakan baru bisa balik modal setelah 38 tahun pasca resmi beroperasi. Kementerian Perhubungan atau Kemenhub menargetkan KCJB bisa selesai dan resmi beroperasi pada Juni 2023.
Direktur utama PT Kereta Api Indonesia atau KAI (Persero), Didiek Hartyanto, mengatakan bahwa itu berarti Indonesia baru bisa mendapatkan keuntungan sekitar tahun 2061 dari proyek KCJB.
"Sesuai dengan perhitungan feasibility study bahwa Kereta Cepat Jakarta-Bandung baru bisa balik modal usai 38 tahun beroperasi," ujar Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu (9/11)
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi, mengatakan kajian studi tersebut belum memperhitungkan pendapatan dari pengembangan Kawasan Berorientasi Transit atau TOD.
"Karena memang yang kami miliki itu fokus untuk konstruksi," ujarnya.
Proyek kereta menanti PMN
Proyek KCJB juga terancam mengalami perlambatan karena belum ada ketidakpastian pencairan Penyertaan Modal Negara atau PMN PT KAI sebesar Rp 3,2 triliun. Jika terjadi, KCJB kemungkinan tidak akan beroperasi sesuai target waktu yang ditentukan yaitu Juni 2023.
Dwiyana mengakui bahwa keuangan PT KCIC menipis bulan ini. Dengan demikian, PT KCIC membutuhkan tambahan sarana modal dari pemegang saham.
“Menipis ya pastilah, secara kita membutuhkan tambahan sarana modal dari pemegang saham,” ujar Dwiyana.
Padahal, saat ini PT KCIC sedang memprcepat progress penyelesaian KCJB. Dia antaranya adalah pengerjaan stasiun dan infrastruktur ainnya.
"Ya kita akan lakukan sekali lagi dengan maksimal yang kita miliki ya, toh kita juga pernah mengalami 8 bulan tidak ada dana untuk membayar kontraktor tapi kami masih bisa jalan walaupun slowdown," ujarnya.
Biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersebut membengkak menjadi US$ 8 miliar atau setara Rp 114,24 triliun, bertambah US$ 1,9 miliar dari rencana awal sebesar US$ 6,07 miliar. Ini lima penyebab biaya kereta cepat membengkak.