Lima Penyebab Harga Beras Meroket hingga Stoknya Kritis
Persatuan Penggilingan Padi dan Beras Indonesia atau Perpadi mengatakan saat ini stok beras di lapangan sudah menipis. Kondisi itu menyebabkan harga beras medium melambung menjadi Rp 10.200, jauh dari Harga Eceran Tertinggi sebesar Rp 9.450 per kg.
Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso,mengatakan kenaikan harga beras tersebut juga didorong oleh langkah pemerintah yang menggenjot cadangan beras pemerintah Bulog dengan menyerap komoditas tersebut di lapangan. Hal itu menyebabkan harga beras semakin melonjak tinggi.
"Seharusnya pengadaan beras Bulog dilakukan saat panen raya. Bulan 11 -12, Bulog seharusnya tidak melakukan penadaan, justru seharusnya mengeluarkan cadangan berasnya untuk intervensi harga di pasar," ujar Sutarto saat Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (7/12).
Sutarto pun membeberkan lima faktor yang menyebabkan harga beras melambung tinggi saat ini:
1. Produktivitas beras turun
Sutarto mengatakan, panen raya biasanya terjadi selama dua kali setahun. Namun tahun ini, panen raya hanya terjadi pada Februari-Maret.
Hal itu menyebabkan produksi beras di bawah kebutuhan konsumsi bulanan sejak Agustus. Selain itu, rendemen beras pun berkurang dari biasanya 60% lebih menjadi hanya 54%. Dengan demikian, produktivitas beras pun berkurang.
2. Penyaluran BPNT tidak satu pintu
Sutarto mengatakan, harga beras mulai melambung sejak Agustus. Hal itu dipicu oleh penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT.
Dia mengatakan, BPNT tidak dilakukan oleh satu pintu melainkan oleh sejumlah lembaga termausk swasta.
"Penyaluran yang tidak satu pintu menyebabkan terjadinya perebutan stok yang menyebabkan kenaikan harga beras," ujarnya.
3. Kenaikan tarif BBM
Kenaikan tarif bahan bakar minyak atau BBM menyebabkan biaya logistik melambung. Hal itu berdampak pada kenaikan harga beras.
4. Pemerintah tetapkan fleksibilitas harga Bulog
Harga beras semakin melambung pada September 2022. Hal itu disebabkan karena pemerintah menetapkan harga fleksibilitas pada Bulog.
Penerapan harga fleksibilitas dilakukan untuk menambah cadangan beras pemerintah yang semakin menipis. Namun demikian Bulog kesulitas menyerap beras petani karena harga yang ditawarkan lebih rendah dari harga pasar.
Melalui rapat koordinasi terbatas, Bulog diperbolehkan untuk menerapkan harga fleksibilitas hingga Rp 8.800 untuk membeli CBP. Sebelumnya harga penyerapan beras bulog maksimal Rp 8.300 per kg.
Menurut Sutarto, penerapan harga felksibilitas ini mendongkrak harga beras di pasaran. Permintaan barang menjadi naik yang menyebaban kenaikan harga.
Harga fleksibilitas hanya berlaku sampai 5-17 Oktober 2022 dan dicabut pemerintah.
5. Pemerintah beli beras petani dengan harga berapa pun
Setelah harga felksibilitas dicabut, Sutanto mengatakan, harga beras sempat turun sedikit pada November. Namun demikian harga beras naik lagi karena kebijakan pemerintah yang akan membeli beras petani dengan harga berapa pun untuk menaikkan cadangan beras Bulog. Hal ini menyebabkan harga beras kembali terdongkrak naik.
"Karena pemerintah akan beli harga berapa pun ya pasti terjadi lagi kejar-kejaran harga," ujarnya.
Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang atau PIBC sudah tidak menerima pasokan beras dari daerah sejak sebulan lalu. Pasokan beras ke Pasar Induk Cipinang kini hanya mengandalkan dari Bulog yang juga tersendat.
Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid, mengatakan bahwa saat ini stok beras di tempatnya dalam kondisi memprihatinkan. Harga beras medium pun sudah melambung tinggi di atas Harga Eceran Tertinggi atau HET yang ditetapkan Kementerian Perdagangan.
Menurut Zulkifli, harga beras medium saat ini sudah mencapai Rp 10.200 per kg. Padahal HET yang ditetapkan pemerintah mencapai Rp 9.450 per kg.
"Saat ini saya situasi pasar kritis. Kalau impor beras tidak masuk dalam dua minggu, akan terjadi sesuatu. Harga beras sudah terlalu tinggi, " ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (7/12).
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, pada Oktober 2022 rata-rata harga beras kualitas premium secara nasional mencapai Rp12.800/kg. Harga beras premium tersebut naik 1,58% dari bulan sebelumnya (month-on-month/mom), meningkat 4,06% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy), serta menjadi rekor tertinggi sejak 2018 seperti terlihat pada grafik.
Kenaikan juga terjadi pada beras kualitas medium. Pada Oktober 2022 rata-rata harga beras medium nasional berada di level Rp10.800/kg. Harga ini naik 1,88% secara bulanan (mom) dan meningkat 4,85% secara tahunan (yoy).