Harga Pangan Sudah Meroket Meskipun Permintaan Nataru Masih Landai
Sejumlah harga pangan merangkak naik menjelang natal dan tahun baru. Sekretaris Jenderal IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan bahwa tahun ini cukup banyak komoditas yang terpantul tinggi harganya dibandingkan dengan tahun lalu.
Reynaldi mengatakan, harga pangan biasanya memang naik jelang nataru karena permintaan yang meningkat. Namun demikian saat ini, harga pangan sudah naik meskipun permintaan konsumen belum tinggi.
“Kita tahu bahwa kenaikan permintaan itu biasanya terjadi di awal tanggal 20 Desember, tapi saat ini beberapa komoditas permintaan belum tinggi dan harga komoditas sudah naik," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (14/12).
Dia meminta pemerintah memastikan stok terjaga dengan baik di pasar tradisional. Jika tidak, harga bahan pokok berpotensi naik signifikan saat libur nataru.
Reynaldi mengatakan, IKAPPI juga menyoroti tata niaga pangan yang masih carut-marut sehingga terjadi inflasi di berbagai komoditas.
“Perbaikan demi perbaikan tata niaga pangan belum optimal dilakukan oleh pemerintah. Seperti contoh saling lempar tanggung jawab soal data pangan nasional antar kementerian teknis, dan lain sebagainya,” ujarnya
Daftar harga pangan di pasar tradisional per 13 Desember 2022 berdasarkan data IKAPPI:
- Harga cabai rawit merah : Rp 55.000-Rp 60.000 per kg
- Harga bawang: Rp 35.000-Rp. 40.000 per kg
- Harga telur: Rp 35.000 per kg
- Harga daging ayam Rp 35.000 hingga Rp 40.000 per kg
- Daging sapi: Rp 135.000 hingga Rp 142.000 per kg
- Sayur kol: naik dari sebelumnya Rp. 12.000 per kg menjadi Rp 15.000 per kg.
- Tomat: naik, dari yang sebelumnya Rp 16.000 per kg menjadi Rp. 20.000 per kg.
Pemerintah memangkas anggaran ketahanan pangan menjadi lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2022, alokasi dana untuk ketahanan pangan nasional ditetapkan sebesar Rp92,2 triliun.
Angka tersebut berkurang hampir Rp7 triliun atau turun 6,86% dibanding alokasi tahun sebelumnya yang berjumlah Rp99,02 triliun.