Banyak Mal Sepi, Pengusaha Ritel Minta Pemerintah Tiru Negara Tetangga

Nadya Zahira
13 Januari 2023, 06:45
Suasana kios-kios pertokoan yang tutup dan sepi pengunjung di Blok M Square, Jakarta, Rabu (7/12/2022). Mal yang terletak di bawah Terminal Blok M itu sempat menjadi tujuan pusat berbelanja warga Jakarta di era tahun 1990-an, namun kini menjadi sepi pengu
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
Suasana kios-kios pertokoan yang tutup dan sepi pengunjung di Blok M Square, Jakarta, Rabu (7/12/2022). Mal yang terletak di bawah Terminal Blok M itu sempat menjadi tujuan pusat berbelanja warga Jakarta di era tahun 1990-an, namun kini menjadi sepi pengunjung karena banyak warga yang lebih memilih berkunjung ke pusat perbelanjaan yang lebih modern serta beralihnya perilaku masyarakat dalam berbelanja yang kini menggunakan sistem online (daring).

Sejumlah pusat perbelanjaan atau mal sepi pengunjung saat ini  seperti Mal Blok M Square, Plaza Semanggi, dan Ratu Plaza. Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia atau HIPPINDO, Tutum Rahanta, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia perlu meniru negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia untuk menarik pengunjung agar mal tetap hidup.

Dia mengatakan, konsep pembangunan mal di Singapura dan Malaysia terintegrasi stasiun MRT.  Stasiun MRT banyak digunakan oleh warga sehingga bisa menarik pengunjung mal.

Advertisement

“Harusnya pemerintah berani memaksakan hal itu, berani untuk melakukan inovasi baru. Kalau di luar negeri semuanya pusat belanja itu nyambung dengan stasiun MRT,” ujarnya kepada  Katadata.co.id, Rabu (11/1).

Dia mengatakan, inisiatif juga bisa datang dari pemilik mal untuk mengajukan kerja sama dengan pemerintah daerah. Pemilik mal bisa menghubungkan jembatan penghubung dengan stasiun MRT. Hal ini juga bisa menekan kemacetan di area mal karena pengunjung menggunakan transportasi umum.

Tutum menyayangkan baru satu pusat perbelanjaan di Indonesia yang terhubung dengan Stasiun MRT yaitu Blok M Plaza. Padahal semestinya mal-mal besar yang berada di tengah kota seperti Grand Indonesia atau Plaza Indonesia terhubung dengan stasiun MRT. Hal itu bisa memudahkan pengunjung untuk datang ke tempat tersebut.

“Ini MRT Bundaran HI ada nggak tembus ke Plaza Indonesia atau Grand Indonesia? Nggak ada kan? Pemerintah daerah seharusnya bisa mengelola sistem transportasi umumnya dengan lebih baik lagi ini,” ujarnya.

Selain itu, Tutum juga menyoroti pemberian Izin Mendirikan Bangunan mal yang tidak memperhatikan analisis aksebilitasnya. “Mal yang akan dibangun itu lokasinya strategis nggak? Transportasi umumnya mudah atau tidak? Akses mau ke mal nya sulit atau tidak? Jadi hal-hal yang seperti itu harus diperhatikan, pemerintah  jangan hanya memberikan izin saja,” ujar Tutum

Namun demikian, dia mengatakan bahwa usaha untuk menciptakan keramaian di pusat perbelanjaan bukan hanya dengan cara menghubungkan mal dengan stasiun MRT. Menurut dia, kunjungan mal juga dipengaruhi oleh perilaku konsumen yang bergeser ke e-commerce.

“Namun sebisa mungkin kita harus meminimalisir, yang namanya area keramaian pusat perbelanjaan itu aksebilitasnya harus diperhatikan dan diperbesar,” ujarnya.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement