Produksi Sawit RI Kembali Anjlok pada 2022, Konsumsi untuk Pangan Naik

Nadya Zahira
25 Januari 2023, 17:14
Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Berkah, Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (2/11/2022). Pemerintah melanjutkan pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) per 1 November 2022 sampai harg
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/rwa.
Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Berkah, Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (2/11/2022). Pemerintah melanjutkan pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) per 1 November 2022 sampai harga referensi CPO lebih besar atau sama dengan 800 dolar AS per metrik ton (MT).

Kinerja industri sawit turun untuk keempat kalinya pada 2022. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI, Joko Supriyono, mengatakan terdapat tujuh penyebab penurunan kinerja sawit tersebut.

Berdasarkan data Gapki, produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil  (CPO) 2022 sebesar 46,729 juta ton. Angka tersebut lebih rendah dari produksi tahun 2021 sebesar 46.888 juta ton.

Advertisement

"Ini merupakan tahun ke-4 berturut-turut dimana produksi cenderung terus turun atau stagnan sejak kelapa sawit diusahakan secara komersial di Indonesia," kata dalam acara Konferensi Pers Kinerja Industri Sawit 2022, Jakarta, Rabu (25/1).

Cuaca Ekstrem hingga Larangan Ekspor

Joko mengatakan, industri sawit menghadapi banyak tantangan pada 2022. Tujuh tantangan industri sawit tersebut adalah cuaca yang ekstrim basah, lonjakan kasus Covid- 19 di bulan Februari, dan dimulainya perang Ukraina-Rusia di bulan Februari.

Tak hanya itu, tantangan lainnya yakni harga minyak nabati termasuk minyak sawit melonjak, kebijakan pelarangan ekspor produk minyak sawit oleh pemerintah pada 28 April - 23 Mei 2022, harga pupuk yang tinggi, dan sangat rendahnya pencapaian program Peremajaan Sawit Rakyat atau PSR. 

Joko mengatakan kejadian tidak biasa tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja industri sawit Indonesia baik dalam produksi, konsumsi, maupun ekspor.

"Secara teknis, cuaca ekstrim basah mengganggu aktivitas serangga penyerbuk dan kegiatan panen, pupuk yang mahal dan sulit diperoleh mengganggu kegiatan pemeliharaan tanaman, pelarangan ekspor menyebabkan buah, tidak dipanen, dan tidak hanya pada periode pelarangan tetapi juga beberapa bulan sesudahnya ketika stok masih sangat tinggi," ujar Joko.

Joko menuturkan, program PSR yang tidak mencapai target disebabkan karena moratorium perizinan berusaha untuk kelapa sawit. Hal itu juga berdampak pada terbatasanya penambahan luas areal produksi sawit yang hanya mencapai 600 ribu hektar dalam 5 tahun terakhir.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement