Thrifting Digemari Anak Muda, Baju Zara Dijual Mulai Rp 20.000

Nadya Zahira
31 Maret 2023, 13:06
Penjual menunggu pembeli di salah satu toko di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (30/3).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Penjual menunggu pembeli di salah satu toko di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (30/3).

Pemerintah tengah gencar memberantas aktivitas penjualan baju bekas impor atau yang biasa disebut dengan thrifting. Berburu thrifting ternyata sangat digemari oleh anak muda.

Lalu apakah Anda pernah membeli baju thrift? Menurut penjelasan di digilib.uinsby.ac.id, thrift berasal dari kata thrive yang artinya berkembang atau maju. Sementara itu, thrifty diartikan sebagai cara menggunakan uang dan barang dengan baik, serta efisien.

Advertisement

Dengan demikian, thrifting atau thrift adalah kegiatan jual beli barang bekas dalam rangka melakukan penghematan atau menggunakan uang secara efisien. Dari penjelasan tersebut, maka kita bisa mengetahui bahwa bju thrift adalah baju bekas yang layak pakai sehingga bisa dijual kembali.

Jika melirik pada sejarahnya, budaya thrifting ini merupakan bentuk protes atas budaya konsumen fast fashion. Dengan mengikuti budaya ini, masyarakat bisa membeli banyak baju dari berbagai desain namun dengan harga yang terjangkau.

Hal itulah yang menyebabkan penjualan baju bekas impor di Indonesia banyak diminati. Masyarakat bisa mendapatkan baju-baju dari berbagai merk seperti Uniqlo, H&M, Zara dan lain sebagainya, dengan desain yang menarik, namun harganya sangat murah berkisar antara Rp 20.000-100.000.

Peminat Thrifting

Lalu siapa saja masyarakat yang biasa membeli baju thrifting ini? Untuk mengetahuinya, simak penjelasannya berikut ini.

1. Anak Muda

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau Menkop UKM, Teten Masduki mengungkapkan peminat pakaian dan baju bekas impor ilegal paling banyak berasal dari kalangan muda. Hal ini lantaran mereka bisa mendapatkan baju dengan berbagai desain yang unik, serta merek ternama, namun dengan harga yang sangat murah.

"Thrifting ini peminatnya banyak, banyaknya itu dari kalangan muda. Masyarakat masih lebih menyukai brand ternama tapi sensitif harga," ujar Teten dalam diskusi terbatas bersama wartawan di kantornya, Jakarta, Senin (13/3).

Hal itu diamini salah satu pedagang baju impor Pasar Senen Ladono. Dia membenarkan bahwa pembeli yang menjajaki tokonya kerap merupakan kalangan anak muda. Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga umur 20 tahun ke atas.

Dia mengatakan, biasanya mereka mencari baju-baju dengan desain unik dan bertema vintage. Selain itu, dia menuturkan bahwa kalangan muda sangat pintar mencari produk baju bekas yang masih sangat bagus dengan harga yang murah.

“Sebenarnya dari kalangan mana saja, cuma memang terbanyak dari kalangan muda. Mereka pintar-pintar sekali dalam memilih baju bekas ya, nawarnya juga pintar,” ujarnya kepada Katadata.co.id saat ditemui di Pasar Senen Blok III, Kamis (30/3).

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement