Harga Makanan dan Minuman Berpotensi Naik Imbas Harga Gula Meroket

Nadya Zahira
13 Juni 2023, 06:10
Pekerja melakukan bongkar muat gula kristal putih impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (1/4/2023). Holding Pangan ID Food mendatangkan Gula Kristal Putih (GKP) impor tahap pertama sebanyak 107.900 ton untuk menjaga ketersediaan dan stabilisasi
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.
Pekerja melakukan bongkar muat gula kristal putih impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (1/4/2023). Holding Pangan ID Food mendatangkan Gula Kristal Putih (GKP) impor tahap pertama sebanyak 107.900 ton untuk menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga gula serta memenuhi kebutuhan saat Ramadhan dan Lebaran sesuai penugasan dari Badan Pangan Nasional.

Harga produk makanan dan minuman berpotensi naik didorong harga gula dunia yang sedang melambung tinggi.  

Direktur Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan kenaikan harga gula memang tidak akan langsung berdampak pada industri makanan dan minuman. Pasalnya industri makanan dan minuman skala besar biasanya membeli bahan baku gula berdasarkan kontrak waktu tertentu. 

Putu mengatakan, saat ini pelaku industri masih menggunakan stok GKR yang diimpor awal 2023. Sementara kenaikan tertinggi harga gula global baru terjadi sejak Mei.

"Rafinasi kan dari awal 2023 sudah bisa masuk, yang naiknya tinggi itu kan di bulan Mei," ujar Putu saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (12/6).

Selain itu, saat ini petani dalam negeri sedang melakukan panen tebu. Hal ini yang menyebabkan Kementerian Perindustrian belum menerima keluhan dari industri makanan dan minuman tentang kenaikan harga gula.

 Namun demikian, Putu mengatakan, kenaikan harga gula akan berdampak saat kontrak tersebut habis.  Meski begitu, Putu belum bisa memprediksi secara rinci kapan kenaikan harga gula tersebut akan berdampak pada industri makanan dan minuman.

"Saya harus buka data dulu karena kita kan harus melihat seberapa banyak izin yang sudah berikan itu direalisasikan, dan kapan sih harga gula naik bisa terlihat di sana. Kalo sebelum Mei harganya masih di bawah. Kalau sekarang belum ada pengaruhnya," ujarnya.

Penyebab Harga Gula Naik

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan harga gula dunia saat ini tengah melambung imbas pasokan negara produsen yang anjlok. Kondisi tersebut berdampak pada harga gula di Indonesia.

Arief mengatakan, berkurangnya pasokan gula disebabkan oleh sejumlah faktor.  Salah satunya adalah berkurangnya pasokan dari Brazil yang saat ini tengah menggencarkan penggunaan bahan baku tebu menjadi etanol atau biodiesel.  Selain itu, pasokan gula berkurang akibat penurunan produksi di India dan Thailand.

Menurut dia, kenaikan harga gula tersebut berdampak pada Indonesia. Pasalnya saat ini Indonesia masih impor gula.

Di sisi lain, hal ini bisa dijadikan momentum bagi  Indonesia untuk mulai meningkatkan produksinya secara bertahap. Dengan demikian, Indonesia bisa kembali menjadi salah satu produsen gula yang diperhitungkan.

“Benar kita harus mengantisipasi kenaikan tersebut,” ujarnya melalui keterangan resmi, Jumat (26/5).

Untuk mengantisipasi kenaikan harga gula dunia, Bapanas memastikan perhitungan Neraca Gula Nasional sesuai dengan angka produksi dan kebutuhan atau konsumsi di lapangan. Selain itu, Bapanas melakukan percepatan kajian dan penyesuaian Harga Acuan Pembelian atau Penjualan gula konsumsi.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea Cukai yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia mengimpor gula sebanyak 6 juta ton. Volume impor gula tersebut meningkat 9,6% dibanding 2021 (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Reporter: Nadya Zahira

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...