Dampak El Nino, Petani Mulai Kesulitan Tanam Padi karena Kekeringan
Petani mulai kesulitan menanam padi akibat kekeringan di sejumlah daerah di Indonesia. Kekeringan tersebut merupakan dampak dari puncak El Nino yang diperkirakan berlangsung Agustus hingga Oktober 2023.
Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi, Serikat Petani Indonesia atau SPI, Mohammad Qomarunnajmi, mengatakan petani mulai kesulitan menanam padi sejak Juli. Hal itu terutama pada sawah tadah hujan. Mereka masih menunda masa tanam akibat kekeringan.
“Sejak Juli kemarin ada beberapa teman yang laporan sedang mengalami kekeringan dan kendala air, sehingga mereka belum bisa mulai tanam,” ujar Qomar saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (8/8).
Namun demikian, sawah yang menggunakan irigasi teknis masih bisa melakukan penanaman. Namun, sebagian dari mereka mengalihkan lahannya dari padi menjadi palawija yang relatif membutuhkan air lebih sedikit.
Sementara itu, petani yang sedang dalam masa panen dilaporkan mengalami penurunan produksi hingga 5%.
Qomar menyebutkan, daerah yang paling terdampak kekeringan akibat adanya El Nino yaitu Indramayu Jawa Barat, Banyuasin Sumatera Selatan, Pandeglang Banten, Pati Jawa Tengah, Tuban Jawa Timur, dan Klaten Jawa Tengah.
Dia menuturkan daerah yang kekeringan tersebut juga mengakibatkan pemerintah daerah tidak bisa melakukan perluasan tanam 1.000 hektare yang disarankan oleh pemerintah untuk atasi dampak El Nino. Menurut Qomar, program perluasan tanam 1.000 hektare sudah terlambat bila dilakukan saat ini.
"Karena percepatan tanam itu memang seharusnya untuk musim yang lalu, menghindari kekurangan air pas saat panen. Dan sayangnya saat ini, di beberapa tempat sudah mulai kendala air, tentu tidak mungkin untuk menanam," kata Qomar.
Oleh sebab itu, Qomar berharap pemerintah bisa melakukan upaya dengan memperbaiki infrastruktur irigasi terutama di lahan-lahan pertanian tadah hujan. Pemerintah juga diharapkan bisa menyediakan sumur-sumur bor.
Tak hanya itu, dia juga berharap pemerintah bisa mengadakan program asuransi usaha tani. Hal ini sangat diperlukan agar petani bisa memiliki modal untuk melakukan tanam kembali, karena adanya gagal panen akibat dampak kekeringan.
Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan atau OPT Serealia Kementerian Pertanian, Gandi Purnama, mengatakan El Nino tersebut berpotensi menyebabkan 20.255 hektare lahan padi kekeringan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.800 hektare lahan padi berpotensi puso atau gagal panen.
Sementara 14.000 hektare lahan padi lainnya mengalami banjir. Dari jumlah tersebut, sebanyak 469 hektare lahan padi berpotensi mengalami puso atau gagal panen.
"Dengan begitu, secara total ada sebanyak 2.269 hektar tanaman padi yang terancam gagal panen imbas adanya El Nino pada tahun ini," ujar Gandi dalam acara Focus Group Discussion Musim Kemarau 2023, di Gedung Kementerian PUPR, Jakarta, Senin (7/8).
Selain itu, Gandi mengatakan komoditas yang paling terdampak akibat adanya cuaca ekstrem tersebut yaitu beras dan jagung. Dimana penurunan produksinya untuk beras mencapai 5%, sedangkan untuk jagung mencapai 8%.
FAO memperkirakan, fenomena El Nino tahun ini bisa memicu kekeringan di 42 negara yang tersebar di Amerika Selatan, Amerika Tengah, Afrika, dan Asia-Pasifik. Negara terdampak tersebut salah satunya Indonesia.