Nestle Targetkan Jadi Perusahaan Plastic Neutrality Pertama di RI

Andi M. Arief
23 Agustus 2022, 15:27
CEO Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar, menjadi pembicara dalam Katadata SAFE 2022 bertemakan "Industries Towards Net Zero" yang dilangsungkan secara daring, Selasa (23/8).
Katadata
CEO Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar, menjadi pembicara dalam Katadata SAFE 2022 bertemakan "Industries Towards Net Zero" yang dilangsungkan secara daring, Selasa (23/8).

PT Nestle Indonesia menargetkan dapat mengumpulkan seluruh plastik yang digunakan dalam produknya pada tahun ini. Dengan demikian, Nestle Indonesia akan menjadi perusahaan pertama dengan status plastic neutrality di dalam negeri.

CEO Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar, mengatakan salah satu strategi pencapaian target tersebut adalah pembangunan 15 unit Tempat Pengolahan Sampah - Reduce Reuse Recycle (TPS3R) di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa DKI Jakarta. Selain itu, Nestle Indonesia juga bekerja sama dengan 26 pelaku daur ulang plastik di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

"Kami bisa mengumpulkan plastik yang kami produksi tahun ini. Artinya, Nestle Indonesia jadi perusahaan pertama yang mencapai plastic neutrality tahun ini," kata Ganesan dalam webinar Katadata Sustainability Action For The Future Economy (SAFE) 2022 "Recover Stronger Recover Sustainable", Selasa (23/8).

Namun, Ganesan mengatakan belum seluruh bagian kemasan produk Nestle Indonesia dapat didaur ulang. Saat ini, baru 88% dari seluruh bagian kemasan Nestle Indonesia yang dapat didaur ulang.

 Ganesan mengatakan, pemilikan status plastic neutrality merupakan salah satu target jangka pendek Nestle Indonesia dalam menekan volume emisi gas rumah kaca pada 2025. Sebagai informasi, Nestle Indonesia menargetkan net zero carbon emission pada 2050.

Hingga 2025, Ganesan menargetkan seluruh bagian kemasan Nestle Indonesia dapat didaur ulang. Ganesan optimistis dapat mencapai target tersebut dengan tepat waktu.

Ganesan mengatakan, Nestle Indonesia menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca atau GRK hingga 20% pada 2025. Hingga 2030, target total pengurangan GRK mencapai 50%, dan penghentian total pengeluaran emisi GRK ditargetkan terjadi pada 2050. Artinya, Nestle Indonesia akan meniadakan emisi GRK mulai dari produksi bahan baku di pihak petani sampai manajemen limbah kemasan perseroan di pihak konsumen.

Oleh karena itu, Ganesan mengatakan, sebanyak 70% dari total GRK yang dihasilkan Nestle Indonesia berasal dari produksi bahan baku di pihak peternak susu dan petani kopi. Saat ini, Nestle Indonesia bekerja sama dengan 26.000 peternak sapi perah yang mengelola 120.000 ekor sapi dan 20.000 pekebun kopi.

 Salah satu strategi pengurangan emisi di sisi hulu adalah pengolahan limbah ternak sapi perah menggunakan biodigester. Secara sederhana, biodigester adalah alat yang mengubah limbah organik menjadi biogas.

Ganesan mengatakan Nestle Indonesia baru membagikan 8.000 unit biodigester kepada seluruh mitra peternak sapi perah.Ganesan menilai hal ini membuat emisi GRK di sisi peternak dapat berkurang dan tidak meningkatkan biaya produksi peternak sapi.

"Jadi, semua strategi pengurangan emisi GRK adalah satu solusi holistik. Kami tidak boleh memberikan cadangan saja, tapi pada saat yang sama kami memberikan harga yang patut kepada pekebun dan peternak," kata Ganesan.

Melansir dari Sustainability Mag, berikut ini beberapa negara yang memiliki tingkat daur ulang sampah tertinggi di dunia.

Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...