Belasan Negara Segera Gunakan Listrik dari PLTN, Indonesia Termasuk?
Asosiasi Energi Atom Internasional atau (IAEA) menyampaikan belasan negara diprediksi akan mulai memproduksi listrik dari sumber Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi di Pameran Nuklir Dunia di Paris, Prancis pada Selasa (28/11).
Mariano mengatakan, kehadiran PLTN dapat mengakselerasi upaya pencapaian target net zero emission (NZE) pada 2060. Namun, berdasarkan estimasi IAEA, diperlukan peningkatan dua kali lipat jumlah reaktor nuklir di dunia untuk mencapai tujuan tersebut dari jumlah saat ini yaitu sekitar 400 unit.
“Sudah ada sepuluh negara yang masuk ke tahap keputusan untuk membangun PLTN, dan 17 negara lainnya sedang dalam proses evaluasi. Lalu akan ada selusin atau 13 negara nuklir baru dalam beberapa tahun,” ujar Grossi dikutip dari Reuters, Rabu (29/11).
Dia mengatakan, Ghana, Kenya, Maroko, Nigeria, Namibia, Filipina, Kazakhstan dan Uzbekistan merupakan negara-negara baru yang berpotensi menggunakan nuklir.
Filipina baru-baru ini menandatangani kesepakatan ekspor teknologi dan material nuklir ke Manila dengan Amerika Serikat. Penandatanganan tersebut dilakukan di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2023, pada Jumat, (17/11).
“Amerika Serikat akan dapat berbagi peralatan dan material dengan Filipina saat mereka berupaya mengembangkan reaktor modular kecil dan infrastruktur energi nuklir sipil lainnya,” ujar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, dalam upacara penandatanganan di San Fransisco.
Indonesia Siapkan Komersialisasi Nuklir
Sementara itu, Indonesia akan mulai mengembangkan energi nuklir atau PLTN secara komersial mulai 2032.
“Ini untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jisman Parada Hutajulu, dalam rapat dengar pendapat alias RDP dengan Komisi VII DPR RI, di Jakarta, Rabu (15/11).
Menurut Jisman, pengembangan nuklir di Indonesia secara komersial akan meningkatkan keandalan ketenagalistrikan dalam negeri. Kapasitas PLTN nantinya ditingkatkan hingga sembilan gigawatt pada 2060.
Saat ini sudah ada sejumlah investor yang antre untuk mengembangkan pembangkit listrik nuklir di Indonesia. Salah satunya adalah PT ThorCon Power Indonesia.
Mereka bahkan telah menyiapkan dana investasi Rp 17 triliun untuk membangun PLTN berbasis thorium di Pulau Gelasa, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Namun demikian, mereka masih mengharapkan kepastian hukum dari pemerintah terkait pembangunan PLTN tersebut.
Direktur Operasi ThorCon Power Indonesia Bob S. Effendi mengatakan dana sebesar Rp 17 triliun tidak mungkin digelontorkan tanpa kepastian hukum dari pemerintah pusat.
“Kami mengharapkan pemerintah untuk memberikan payung Perpres, agar perubahan-perubahan terkait tata ruang yang dilakukan oleh pemprov dapat dipayungi oleh Perpres,” kata ujarnya di Pangkalpinang, Rabu (29/3).
Ia mengatakan energi thorium dan nuklir merupakan sumber energi yang dapat memberikan nilai ekonomis dan kebermanfaatan yang lebih besar dari batubara. Dengan demikian, peralihan dari batubara ke nuklir merupakan suatu hal yang tidak dapat terelakkan.