Singgung Gejolak Pasar Keuangan, Ini Pesan Sri Mulyani ke DK OJK Baru

Abdul Azis Said
20 Juli 2022, 11:13
Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2022-2027 Mahendra Siregar (tengah), Wakil Ketua Mirza Adityaswara (kiri), Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae (kanan) saat diperkenalkan sebagai Anggota Dewan Komisioner terpilih dalam Rapat Paripurna DP
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2022-2027 Mahendra Siregar (tengah), Wakil Ketua Mirza Adityaswara (kiri), Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae (kanan) saat diperkenalkan sebagai Anggota Dewan Komisioner terpilih dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-19 Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2021-2022 di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (12/4/2022).

Anggota Dewan Komisioner Ototitas Jasa Keuangan (OJK) yang baru resmi dilantik menggantikan Wimboh Cs pada Rabu (20/7). Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menekankan pentingnya koordinasi antara bos OJK yang baru tersebut dengan forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)  untuk merespons voatilitas di pasar keuangan yang meningkat.

Sembilan bos OJK periode 2022-2027 resmi dilantik, dua diantaranya merupakan  ex-officio dari Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. Dari sembilan nama tersebut, delapan diantaranya merupakan wajah-wajah baru di tubuh OJK. Perombakan signifkan tersebut diharap mendorong tranformasi baru yang lebih adaptif mengantisipasi kondisi ke depannya.

"Saat ini, kondisi global menghadapi volatilitas pasar keuangan akibat berlanjutnya perang Rusia-Ukraina,  disrupsi rantai pasok, kenaikan harga, serta perubahan arah kebijakan moneter negara-negara maju. Dalam konteks ini, OJK bersama KSSK harus terus meningkatkan koordinasi dan sinergi dalam menjaga stabilitas sistem  keuangan," kata Sri Mulyani dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/7).

Sri Mulyani mengibaratkan sektor keuangan seperti darah untuk pembangunan ekonomi. Jika sektor ini berfungsi dengan baik, maka bisa mendukung berjalannya sektor riil. Sektor keuangan yang efisien dan sehat akan mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Karena itu,  ia menekankan pentingnya  koordinasi kebijakan antara otoritas fiskal dan moneter didukung oleh pengaturan dan pengawasan sektor keuangan.

Sri Mulyani berharap OJK sebagai otoritas pengatur dan pengawas sektor keuangan dapat melakukan sejumlah langkah. Ia kembali menekankan pentingnya literasi dan perlindungan konsumen. Khusus intuk industri asuransi, OJK perlu menyeimbangkan pengembangan industri dengan aspek perlindungan konsumen.

Mahendra Cs juga diminta untuk meningkatkan akses keuangan inklusif dan digitalisasi.Selain itu, OJK diharapkan dapat mendorong peran bank dalam  mengembangkan UMKM, mengupayakan pengembangan digital finance dengan mitigasi  risiko yang tepat, serta meningkatkan peran pasar modal dalam mendukung pembiayaan untuk pembangun perekonomian nasional.

"OJK perlu bersinergi mewujudkan pasar keuangan yang dalam, efisien, aktif, dan likuid melalui kebijakan dan sinergi dengan seluruh stakeholder," kata Sri Mulyani.

Tantangan ke Depan

Direktur Risest CORE Indonesia Piter Abdullah mengapresiasi kinerja Wimboh Cs menahkodai OJK hingga berhasil menjaga stabilitas sitem keuangan di tengah tekanan pandemi. Namun, tantangan Mahendra Cs ke depan tidak kalah sulit.

"Pandemi masih ada. Selain itu ada potensi krisis global yg akan sangat berdampak kpd perekonomian dan sistem keuangan Indonesia. DK OJK yang baru harus mengantisipasi kedua hal ini dengan cepat dan tepat sebagai mana DK OJK yang lama," kata Piter kepada Katadata.co.id

Mahendra dinilai perlu untuk kembali mempertimbangkan perpanjangan restrukturisasi kredit yang akan berkahir pada Maret 2023. Langkah ini untuk mengantisipasi gejolak di pasar keuangan yang masih membayangi perekonomian tahun depan.

Di sisi lain, OJK perlu melakukan percepatan penyelesaian permasalahan yang terjadi khususnya di industri asuransi. Masalah di Jiwasraya, Asabri, Bumiputera dan lainnya perlu segera diselesaikan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan bahwa penyaluran kredit perbankan akan tumbuh 7,5% pada tahun 2022, melanjutkan tren pemulihan dari pandemi Covid-19 yang mulai terlihat pada tahun 2021.

Pada Desember 2021, penyaluran kredit perbankan tumbuh 5,24% ke level Rp5,76 kuadriliun dari setahun sebelumnya, menurut data Bank Indonesia (BI). Pertumbuhan ini berada dalam rentang perkiraan bank sentral antara 4% dan 6%.

Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...