Sri Mulyani Singgung Potensi Stagflasi Dunia, Bagaimana dengan RI?

Abdul Azis Said
29 September 2022, 20:54
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja Pemerintah dengan Banggar DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/9/2022).
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja Pemerintah dengan Banggar DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/9/2022).

Tekanan inflasi tinggi disertai perlambatan ekonomi meningkatkan risiko terjadinya stagflasi. Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menyinggung risiko stagflasi setelah beberapa negara maju diprediksi memasuki resesi tahun depan.

"Negara maju seperti AS dan Eropa yang juga merupakan penggerak perekonomian dunia berpotensi mengalami resesi pada 2023," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR RI, Kamis (29/9).

Tekanan inflasi telah meningkat di banyak negara, bahkan meningkat signifikan di AS dan kawasan Eropa. Kenaikan inflasi juga mulai terlihat di beberapa negara berkembang. Bahkan inflasi di Turki mencapai 80,2% dan di Argentina mencapai 78,5%.

Lonjakan harga-harga kemudian menyebabkan bank sentral perlu menyesuaikan kebijakan moneternya dengan kenaikan suku bunga. Bank sentral AS, The Fed, telah mengerek bunga 300 bps sepanjang tahun ini. Sementara suku bunga bank sentral Eropa (ECB) dikerek ke zona positif setelah bertahun-tahun bertahan di zona negatif.

Sri Mulyani menyebut, kenaikan bunga agresif menyebabkan gejolak di sektor keuangan dan arus modal keluar dari negara-negara emerging hingga mencapai U$ 9.9 miliar atau setara Rp 148,1 triliun secara tahun kalender (ytd) sampai dengan 22 September 2022. Hal ini menyebabkan tekanan pada nilai tukar di berbagai negara emerging.

Potensi Stagflasi

Kenaikan bunga juga akan meningkatkan biaya utang dan mengetatkan likuiditas. Karena itu, Sri Mulyani memperingatkan perlu mewaspadai terhadap berbagai kondisi tersebut.

"Kenaikan suku bunga untuk menekan inflasi berpotensi akan mempengaruhi kinerja ekonomi global pada tahun 2023, yaitu potensi mengalami koreksi ke bawah. Inflasi yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan mengakibatkan stagflasi," ujarnya. 

Stagflasi merupakan kombinasi dari inflasi yang menanjak namun terjadi pelemahan ekonomi signifikan. Berbagai lembaga ekonomi global telah memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat tahun ini dan akan lebih signifikan lagi pada tahun depan. Di sisi lain, prospek inflasi juga telah dinaikkan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...