Rupiah Anjlok Dekati 15.700/US$ Meskipun BI Naikkan Suku Bunga 50 Bps

Abdul Azis Said
18 November 2022, 10:01
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Rabu (16/11/2022). Bank IndonesiaÊ(BI) mencatat, utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar 394,6 miliar dolar AS pada Kuartal III
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Rabu (16/11/2022). Bank IndonesiaÊ(BI) mencatat, utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar 394,6 miliar dolar AS pada Kuartal III 2022, turun dibandingkan posisi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 403,0 miliar dolar AS, dimana erkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta.

 Nilai tukar rupiah dibuka melemah sembilan poin ke level Rp 15.672 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah terimbas dampak kenaikan suku bunga jumbo oleh BI terhadap pelemahan ekonomi serta data penjualan ritel AS yang menunjukkan penguatan.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 15.693 pada pukul 09.30 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 15.663 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS pagi ini. Pelemahan juga dialami Dolar Taiwan 0,26%, won Korea Selatan 0,05%, peso FIlipina 0,01%, rupee India 0,42% dan ringgit Malaysia 0,01%. Sebaliknya, yuan Cina menguat 0,07%; baht Thailand menguat 0,08%, yen Jepang menguat 0,17%, dan dolar Singapura menguat 0,06%, serta dolar Hong Kong yang stagnan.

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan kembali melemah seiring rebound pada dolar AS. Kurs rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 15.600-Rp 15.725 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan masih akan tertekan oleh rebound pada dolar AS setelah data penjualan ritel AS yang lebih bagus dari perkiraan," kata Lukman dalam risetnya, Jumat (18/11).

Penjualan ritel di AS bulan Oktober tumbuh 1,3% dibandingkan bulan sebelumnya, lebih tinggi dari ekspektasi pasar 1%. Pertumbuhan Oktober juga menjadi yang tercepat sejak Februari tahun ini.

Data ini menunjukkan bahwa orang-orang di Amerika masih optimistis dan semakin banyak untuk berbelanja sekalipun tekanan inflasi tinggi masih bertahan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...