Manisnya Sirup Asli Indonesia untuk Teman Buka Puasa

Saat bulan Ramadan, penjualan sirup biasanya meningkat. Produk ini turut mengerek pertumbuhan positif industri makanan dan minuman (mamin)

foto : 123RF.com

Tim Publikasi Katadata

04/05/2020, 14.00 WIB


Pada bulan Ramadan, menjelang berbuka puasa, iklan sirup biasanya bertebaran di berbagai saluran televisi. Citra menyegarkan sebagai pelepas dahaga langsung tertangkap kala pariwara cairan gula kental ini muncul. Biasanya, setiap iklan dibalut visualisasi larutan berwarna-warni disiram batu es. Hmm, adem menyegarkan.

Masyarakat Indonesia sudah lama familiar dengan sirup. Dalam beberapa reportase, jejak cairan kental manis ini terdata ada sejak zaman penjajahan Hindia Belanda. Surabaya di Jawa Timur, diyakini sebagai kota yang memiliki pabrik sirup pertama di Tanah Air. Merek sirupnya akrab di telinga dengan nama Sirupen Telasih. Sudah wara-wiri sejak 1923.

Menilik informasi dari Pemerintah Kota Surabaya, Sirupen Telasih dihasilkan dari sebuah pabrik rumahan yang didirikan seorang berkebangsaan Belanda bernama J.C Van Drongelen. Dikenal dengan Pabrik Limoen J.C van Drongelen & Hellfach.

Dalam perjalanannya, pabrik tersebut pernah diambil alih oleh Jepang pada 1942. Setelah Negeri Matahari Terbit menyerah, pabrik ini diambil alih oleh tentara sekutu. Selang beberapa tahun, tepatnya pada 1958, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi. Pabrik Limoen J.C van Drongelen & Hellfach akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya Surabaya pada Maret 2015.

Sirupen Telasih hanyalah salah satu contoh produk lokal yang mewarnai khazanah dunia persirupan di Nusantara. Masih di Pulau Jawa, bergeser ke arah Cirebon, Jawa Barat, kita bisa menemukan Sirup Campolay atau Tjampolay yang sudah dikenal sejak 1930-an. Pabriknya berada di daerah Lawang Gada, Cirebon. Tersedia dalam berbagai varian rasa dan diklaim menggunakan gula murni.

Beranjak dari Pulau Jawa, ada Sirup Kurnia yang menjadi kebanggaan warga Kampung Mulia, Banda Aceh. Sirup ini berasal dari industri rumahan yang mulai berproduksi pada 1969. Pada 1990, pabrik Sirup Kurnia tutup dan pindah ke Medan, Sumatera Utara. Pamornya pun kian meluas di berbagai penjuru Sumatera.

Sedangkan di Indonesia Timur, ada sirup DHT yang tersohor seantero Sulawesi Selatan. Cairan kental manis dikemas dalam sebuah botol yang serupa dengan botol kecap atau saus di penjaja bakso. Desain labelnya khas dan otentik. Sirup ini diproduksi di kawasan Sungguminasa, Kabupaten Gowa.

Sirup-sirup di atas hanya sebagian kecil dari berbagai merek yang beredar di Indonesia. Dalam perkembangannya kita juga mengenal Sirup ABC hingga Sirup Marjan yang sudah diekspor ke sejumlah negara. Menurut catatan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ada sekitar 1.622 jenis produk dengan embel-embel sirup yang terdaftar dan beredar di Indonesia. Produk-produk tersebut berasal dari berbagai merek.

Arief Kamaludin | Katadata

Konsumsi Sirup

Saat bulan Ramadan, penjualan sirup biasanya meningkat. Produk ini turut mengerek pertumbuhan positif industri makanan dan minuman (mamin). Tahun 2019 misalnya, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) memprediksi industri mamin olahan meraup omzet Rp 150 triliun selama puasa dan menjelang Lebaran, naik 30 persen dibandingkan bulan biasa. Produk yang paling laris di antaranya biskuit, wafer, jus kemasan, dan sirup.

Koordinator

Dini Hariyanti

Editor

Sapto Pradityo, Dini Hariyanti

Penulis

Anshar Dwi Wibowo, Hanna Farah Vania, Arofatin Maulina Ulfa, Melati Kristina Andriarsi, Alfons Hartanto K

Konten Kreatif

Muhammad Yana, Cicilia Sri Bintang Lestari, Aris Luhur Setiawan

Executive Producer

Desi Dwi Jayanti

Produser

Richard Lioe

Editor Foto

Arief Kamaludin

Desain Web

Firman Firdaus, Christine Sani

Programmer

Donny Faturrachman, Maulana, Heri Nurwanto