Restorasi Gambut Berhasil Tekan Kebakaran Hutan

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
29 Maret 2019, 09:31
Lahan Gambut
Katadata

Badan Restorasi Gambut (BRG) terus melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui restorasi gambut. Restorasi dilakukan dengan kegiatan pembasahan kembali (rewetting), revegetasi, revitalisasi sosial-ekonomi masyarakat, serta Program Desa Peduli Gambut.  

 

Advertisement

Data BRG menyebutkan, di Provinsi Riau misalnya, jumlah titik panas pada 2015 mencapai 1.894 titik. Setelah dilakukan restorasi gambut, titik panas pada 2018 di area target restorasi gambut turun menjadi 1.085 titik. Bahkan pada 2017, turun hanya menjadi 635 titik.

 

Begitu pula luas kebakaran pada area target restorasi gambut di Riau menunjukkan penurunan. Sebelum BRG melakukan restorasi pada 2015, luas areal yang terbakar di Riau mencapai 102.381 hektare (ha). Pasca-restorasi gambut, pada 2017 luas areal yang terbakar di area target restorasi turun menjadi 3.920 ha.

 

Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Myrna A. Safitri, menekankan restorasi gambut yang baru dilakukan BRG selama tiga tahun terakhir ini memang belum sama sekali meniadakan kebakaran hutan dan lahan, karena untuk itu membutuhkan waktu yang panjang. Namun, restorasi gambut telah berhasil mengurangi kebakaran hutan dan lahan, yang tercermin dari menurunnya jumlah titik panas dan arel yang terbakar.

 

Terkait kebakaran yang kembali terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Riau tahun ini,  menurut Myrna, letak daerah yang terbakar itu jauh dari tempat pemukiman sehingga tidak bisa dengan cepat diketahui oleh penduduk desa.

 

Kepala Desa Lukun, Lukman, membenarkan daerah yang terbakar tersebut letaknya jauh dari pemukiman. Dia dan perangkat desa lainnya harus menempuh jarak 4-5 kilometer dengan memikul peralatan yang ada untuk sampai ke lokasi. Sedangkan kalau lewat laut, harus menunggu pasang surutnya air.

 

“Kejadian kebakaran itu mulai 10 Februari. Kami langsung menuju lokasi dan sebenarnya wilayah yang terbakar itu sudah dapat kami kuasai. Tapi karena kalau siang cuaca sangat panas dan ada angin kencang, api merambat lagi ke sudut yang lain. Sudut ini yang terlambat kami padamkan, karena peralatan yang terbatas dan api sudah telanjur membesar. Apalagi lokasi ini merupakan lahan yang mudah terbakar,” kata Lukman saat dihubungi lewat telepon.

 

Menurut Lukman, sejak BRG masuk ke wilayah mereka melakukan restorasi gambut, banyak warga desa yang sudah sadar dan berhati-hati saat musim kemarau tiba.

 

“Jadi tidak ada unsur kesengajaan sama sekali. Mindset warga sekarang ini sudah banyak berubah dan lebih berhati-hati. Hanya saja, area di tempat kejadian itu memang mudah terbakar. Karena letaknya jauh, penduduk desa baru mengetahui ada kebakaran setelah api membesar,” ujar Lukman.

 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement