‘Mpok Nini’, Lestarikan Budaya Betawi di Tengah Pandemi

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
26 Juni 2020, 09:14
UMKM Mpok Nini
Katadata

Ada yang berbeda pada Ramadan 2020. Biasanya, sebulan sebelum Bulan Suci tersebut, Deni Ardini sibuk mengurusi banyak kiriman pesanan oleh-oleh khas Betawi “Mpok Nini.” Namun, kali ini tidak. Penyebabnya, pada bulan puasa tahun ini terjadi pandemi Covid-19 yang mengakibatkan sepi pemesanan. Deni bukan satu-satunya pengusaha kecil yang terdampak Covid-19. Ada sekitar 64 jutaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia yang terdampak oleh pandemi global tersebut.

“Ibaratnya, omzet sebelum Ramadan itu seperti kita kerja sebulan untuk hidup setahun. Tapi saat pandemi ini, boro-boro. Habis,” kata Deni, pemilik usaha ‘Mpok Nini’ kepada Katadata dalam wawancara online pada Rabu, 24 Juni 2020.

Advertisement

Dahulu, momen sebelum Ramadan selalu ramai pemesan dan pembeli. Deni bisa mengantongi Rp20-30 juta dalam seminggu. Namun, pada masa pandemi, angka tersebut pemasukan Mpok Nini selama satu bulan.

Begitu pula dengan penjualan sehari-hari. Sebelum pandemi, UMKM Mpok Nini yang menjual panganan Betawi seperti kue kembang goyang, biji ketapang, dodol Betawi, kue akar kelapa hingga bir pletok, dalam seminggu mampu membuat 50-100 kg sehari. Tapi tidak saat pandemi Covid-19. Setengahnya saja sudah bagus.

Deni dan Mpok Nini-nya tidak sendirian. UMKM yang mempromosikan kuliner Betawi ini, termasuk sektor makanan dan minuman yang selama pandemi turun omzetnya hingga 27 persen.

 

Pandemi Covid-19 memang berimbas kepada seluruh sektor usaha di Tanah Air. Tak terkecuali UMKM. Padahal, saat krisis 1997-1998, UMKM di Indonesia mampu bertahan bahkan menyumbang penyerapan tenaga kerja tertinggi pada 1997, yaitu 57,40 juta orang (87,62 persen), lalu pada 1998 penyerapan kerja oleh pengusaha UMKM juga tertinggi mencapai 57,34 juta orang (88,66 persen).

Terpukulnya UMKM saat pandemi sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Masyita Crystallin, Staf Khusus Menteri Keuangan mengatakan, selain permintaan turun, UMKM di berbagai negara juga mengalami sejumlah tekanan dari sisi penawaran.

“Oleh sebab itu, menjaga ketahanan sektor UMKM untuk melalui periode hibernasi ini memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia,” ujar Masyita dalam opininya yang berjudul  Mengobati UMKM untuk Memulihkan Ekonomi di Katadata. “Sebab, kontribusi sektor ini terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60 persen, dengan penyerapan tenaga kerja yang besar hingga 97,02 persen (2017),” ungkap Masyita lebih lanjut.

Sadar bahwa Deni harus tetap menghidupi delapan karyawan di tengah pandemi, pria berusia 30 tahun itu pun berinovasi. Sebagai UMKM yang memulai usahanya secara online sejak 2011, Deni paham bahwa masa pagebluk yang membuat orang harus sering berada di rumah, membuat masyarakat mengubah aktivitas belanja dari offline ke online. Berdasarkan catatan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, ada sekitar 301.115 UMKM yang beralih ke platform digital selama pandemi Corona atau 14 Mei hingga 9 Juni 2020.

E-Commerce Tumbuh di Tengah Pandemi Covid-19
E-Commerce Tumbuh di Tengah Pandemi Covid-19 (Katadata)

Oleh sebab itu, Deni semakin gencar dan terus berinovasi mempromosikan oleh-oleh khas Betawi Mpok Nini secara daring. ‘Mpok Nini’, nama usaha yang diambil dari nama Ibunda tercintanya, Rohani, juga memanfaatkan marketplace dengan maksimal. Deni pun memutuskan untuk berfokus berjualan di Tokopedia. Menurut dia, Tokopedia merupakan marketplace yang mendukung kelestarian kuliner lokal.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement