Pandemi Bisa Jadi “Blessing in Disguise” untuk Industri Ritel.

Image title
18 Agustus 2020, 11:48
Kafegama MM UGM
Katadata

Pandemi Covid-19 berimbas ke ranah bisnis ritel. Ada perubahan paradigma di industri ritel karena gaya hidup konsumen yang berubah memasuki era new normal. Sejumlah perusahaan ritel besar menutup sebagian besar cabangnya karena turunnya pemasukan.

Masyarakat kini lebih memilih belanja secara daring atau online dibandingkan pergi ke mal.

 

"Perubahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain yang saling berdampak terhadap negara lainnya," ujar Direktur BukaPengadaan Bukalapak Hita Supranjaya, dalam Seminar Daring Business Leadership Series#5 bertajuk A New Paradigm In Retail Industry yang digelar Kafegama MM UGM, MM FEB UGM, serta MMSA UGM dan dimoderatori oleh Fenny Indah K, Regional Sales Manager East Indonesia PT. BMI MONIER, Sabtu (15/8).

Zara, misalnya, punya lebih dari 2.000 outlet mengalami penurunan bisnis dan berencana menutup lebih dari 1.000 outlet di dunia.

Meskipun demikian, bisnis retail sebenarnya bisa bertahan selama mau beradaptasi.  Adaptasi yang dimaksud adalah mengikuti sudut pandang konsumen yang mulai berubah dari wants atau keinginan menjadi needs atau kebutuhan.

Seperti yang dilakukan Nike, walaupun mengalami penurunan 30 persen setiap tahun tetapi tidak sebesar Adidas. Sebab, Nike punya platform online dan ini banyak mendukung Nike saat new normal.

Menurut Hita, orang tidak pernah menyangka di masa pandemi justru terjadi peningkatan bisnis yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Salah satunya, groceriesfood delivery, dan barang elektronik. Penyebabnya, orang lebih memilih untuk di rumah saja, tetapi kebutuhan harian tetap tercukupi.

"Bisnis alat olahraga juga mengalami peningkatan, misal sepeda di Indonesia, dan ini juga terjadi di negara-negara lain," ucapnya.

Lantas, bagaimana cara bisnis ritel beradaptasi di tengah pandemi? Ia mengungkapkan transformasi digital menjadi kunci. Artinya, bisnis ritel harus merambah ke platform online.

Paradigma online shopping pun semakin meluas dan mendalam. Meluas yang bermakna bahwa produk yang biasanya tidak dipasarkan secara online kini mulai dijual online, sedangkan mendalam berarti konsumen semakin sering membeli barang secara online.

Ia mencontohkan, saat ini masyarakat mengatur skala prioritas kebutuhan. Tembakau atau rokok, perhiasan, langganan di pusat kebugaran di Indonesia mengalami penurunan konsumsi 30 persen berdasarkan survei AC Nielsen.

"Pandemi ini seperti blessing in disguise dan bisa jadi kesempatan baru untuk industri ritel berubah ke online dan menerapkan omni channel," tuturnya.

Presiden Komisaris Ayla Associates, Ayla Aldjufrie, mengatakan digital personal branding menjadi sangat penting di masa seperti sekarang. Digital personal branding mampu memberi warna yang kuat di dalam produk yang ditawarkan.

"Bisnis yang menang bukan yang kuat tetapi yang bisa beradaptasi," ujarnya

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...