Kisah Pelaku UMKM Raih Omzet Ratusan Juta Lewat Bisnis Agen Logistik

Ratri Kartika W.
10 Agustus 2019, 07:00
UMKM, agen logistik, Lion Parcel
Lazada
Ilustrasi kesibukan di pusat logistik sebuah marketplace. Tren belanja online membuat UMKM tertarik menjadi agen logistik.

Tren belanja online, membuka kesempatan bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) memanfaatkan peluang bisnis dengan menjadi agen logistik. Andy Lim, 23 tahun, salah satu yang melihat peluang menjadi agen logistik di kota tempat tinggalnya di Batam, Kepulauan Riau.

Andy banting setir dari seorang staf akuntan karyawan untuk membuka sebuah gerai agen jasa pengiriman barang.  "Saya capek dan bosan jadi karyawan. Saya mulai tertarik kirim-kirim barang karena di sini (Batam) potensinya besar," kata Andy kepada katadata.co.id, beberapa waktu lalu.

Advertisement

(Baca: Berkah E-commerce, 5 Startup Logistik Dapat Investasi Sejak Awal 2019)

Batam memang dikenal sebagai kota perdagangan karena lokasi geografinya berada di pintu masuk barang ekspor -impor nasional. Barang-barang seperti tas, sepatu, pakaian, jam tangan, dan barang elektronik adalah komoditi yang sering diperdagangkan keluar masuk Batam.

Lion Parcel
Gerai POS Lion Parcel milik Andy Lim di Batam, Kepulauan Riau. (Ratri Kartika|Katadata)



Sebelum memulai usahanya, Andy berkeliling kota mengunjungi agen jasa pengiriman yang sesuai dengan modalnya. Dia memilih menjalin kemitraan sebagai Poin of Sales (POS) Lion Parcel karena hanya memerlukan modal Rp 500 ribu. Selain modal yang terjangkau, prosedurnya pun dianggap mudah.

"Awalnya buka di rumah pribadi dan menggunakan mobil pribadi untuk kendaraan operasional.
Sekarang saya sudah bisa menyewa ruko," kata Andy.

(Baca: Dapat Investasi, Startup Logistik Asal Malaysia Bakal Masuk Indonesia)

Kesuksesan menjadi agen logistik bukanlah tanpa tantangan. Ketika memulai bisnisnya di bulan pertama dan kedua, gerai Andy sepi dari kunjungan pelanggan. Dia pun menjemput bola mendatangi para produsen UMKM yang mengembangkan bisnis online.

Keuletannya membuahkan hasil. Kini Andy memiliki klien tetap yang menggunakan jasa pengirimannya.  Selama tiga tahun mengelola bisnis bersama POS, dia meraup pendapatan harian sekitar Rp 6 juta. "Bila dihitung perbulan omzet sekitar Rp 200 juta," ujar Andy.

Pengalaman serupa juga dirasakan oleh Anna Hadiputro, perempuan paruh baya asal Surabaya yang merantau ke Batam. Anna yang merintis usaha sebagai mitra Lion Parcel di Batam sejak 2015,  sempat kesulitan menarik konsumen.  

Anna yang memulai usahanya dengan menyewa ruko di Komplek Nagoya City Center hanya mendapatkan 1-2 paket saja dalam sehari. Untuk menarik pelanggan, dia pun memberi promosi ke banyak toko menawarkan diskon 10%.

Lion Parcel
Anna Hadiputro, perintis agen Lion Parcel di Batam.  (Ratri Kartika|Katadata)



Selain memberikan diskon, Anna berupaya meyakinkan konsumen akan pelayanan yang diberikan lewat Lion Parcel. Dia berupaya meyakinkan kepada pelanggan bahwa paket yang dikirimkan akan sampai tepat waktu sampai di tujuan.

“Waktu itu Lion Parcel masih baru di Batam, jadi saya harus meyakinkan customer. Saya memastikan bahwa barang kirimannya sampai. Saya cek ke customer service dan saya kabari ke pelanggan kalau barangnya sudah sampai,” ujar Anna.

Sekarang Anna dapat megirimkan 200 paket sehari dengan berat sekitar 200 kilogram. Tujuan pengiriman paling banyak ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Banjarmasin.

(Baca: Efek Berantai Infrastruktur Digital Indonesia)

Dalam sehari Anna dapat mengantongi omzet sekitar Rp 7,5 juta per hari. Dia pun sudah menambah armada tiga mobil shuttle dan satu motor. "Sekarang ingin menambah gerai POS," ujar Anna.

Kisah sukses pun dialami Edward Effendy, yang memiliki tiga gerai POS setelah dua tahun berbisnis. Usahanya  bertumbuh cepat karena giat mendekati relasinya untuk menjadi pelanggan.

"Saya kontak teman-teman sekolah yang jualan online. Alhasil dalam tiga hari buka gerai, saya sudah mengirim 500 kg. Ada yang jual mainan bisa sampai 15 ton sebulan,” ujarnya.

Edward memulai usaha dengan modal awal sekitar Rp 2,5 juta dan meminjam aset ruko orang tuanya. Kini, omzet Edward mencapai Rp 9 juta per hari atau Rp 270 juta perbulan. Rencananya dia akan menambah gerainya ke sebuah mal di Batam.

Edward mengatakan, bisnisnya dapat berkembang pesat karena mendapat kepercayaan klien. Kepercayaan diperoleh dengan menjaga pelayanan prima. "Yang terutama pelayanan kepada pelanggan. Begitu mereka meminta paket jemput, saya langsung jalan, tidak ditunda-tunda,” ujarnya.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement