Industri Logam Masih Rendah Serap Produk Smelter Dalam Negeri

Dimas Jarot Bayu
8 Februari 2018, 09:44
Freeport
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Sejumlah Haul Truck dioperasikan di area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat penyerapan produk hasil pemurnian dari fasilitas pengolahan hasil tambang (smelter) dalam negeri cukup rendah. Alasannya industri logam dasar dalam negeri tidak banyak menggunakan produk tersebut.

Kepala Seksi Pengawasan Kelayakan Usaha Mineral Kementerian ESDM I Made Edy Suryana mengatakan, produk hasil pemurnian dari smelter saat ini hanya terserap sebesar 3.000-4.000 ton per tahun oleh industri logam dasar. Padahal, saat ini produksi smelter tiap tahunnya mencapai 60.000-70.000 ton per tahun.

"Dalam negeri kebutuhannya ada, tapi ada gap juga. Dari hasil fasilitas pemurnian ke produk yang siap digunakan industri dalam negeri itu yang enggak ada," kata Edy di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (7/2).

(Baca juga: Smelter Lolos Verifikasi, Freeport Ajukan Ekspor Besok)

Menurut Edy, minimnya serapan dari industri dalam negeri membuat produk hasil pemurnian smelter, seperti feronikel dan katoda tembaga lantas diekspor. Hal tersebut dilakukan untuk mengembalikan biaya yang dikucurkan untuk operasional smelter.

Karenanya, ia menilai butuh adanya industri perantara untuk mengolah pengolah hasil pemurnian smelter menjadi produk siap pakai. Menurutnya, hal tersebut kemudian dapat mengurangi impor logam dasar yang sebesar 5,4 juta ton per tahun.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...