ASEAN Diserbu Mutasi Corona yang Mudah Menyebar Namun Tak Mematikan

Yuliawati
Oleh Yuliawati
18 Agustus 2020, 15:27
ASEAN, pandemi corona, mutasi corona baru, Malaysia, Singapura
ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng/foc/cf
Seorang pria memakai masker pelindung memberi makan monyet di Batu Cave, di tengah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (15/7/2020).

Beberapa negara yang bergabung dalam ASEAN sedang menghadapi serbuan mutasi baru virus corona yang penularannya 10 kali lipat. Mutasi virus dengan strain D614G, telah terlebih dulu beredar di Eropa dan Amerika.

Negara di Asia Tenggara yang pertama kali menemukan strain D614G yakni Malaysia yang disebabkan seorang pria asal India yang melanggar aturan karantina 14 hari. Mutasi yang sama kini ditemukan di Filipina dan Singapura.

Paul Tambyah, konsultan senior dari National University of Singapore  dan Presiden International Society of Infectious Diseases yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengatakan mengatakan ada bukti penyebaran mutasi strain D614G di Eropa bertepatan dengan penurunan tingkat kematian. Hal ini menunjukkan mutasi corona tersebut kurang mematikan.

"Mungkin itu hal yang baik untuk memiliki virus yang lebih menular tetapi tidak terlalu mematikan," kata Tambyah kepada Reuters, Selasa (18/8).

Tambyah mengatakan sebagian besar virus cenderung menjadi kurang ganas saat bermutasi. "Ini adalah kepentingan virus untuk menginfeksi lebih banyak orang tetapi tidak membunuh mereka karena virus bergantung pada inang untuk makanan dan tempat berlindung," katanya.

World Health Organization atau WHO mengatakan para ilmuwan telah menemukan mutasi itu pada awal Februari dan telah beredar di Eropa dan Amerika. Mutasi juga telah terdeteksi dalam wabah baru-baru ini di Tiongkok.

Kepala epidemiologi dan biostatistik di Universitas Hong Kong, Benjamin Cowling, menyatakan belum ada bukti dari epidemiologi yang menunjukkan mutasi jauh lebih menular daripada jenis lain. "Ini lebih umum diidentifikasi sekarang daripada di masa lalu, yang menunjukkan bahwa itu mungkin memiliki semacam keunggulan kompetitif dibandingkan jenis Covid-19 lainnya," katanya dikutip dari Bloomberg.

Direktur Jenderal Kesehatan negara itu Noor Hisham Abdullah dalam sebuah pernyataan di Facebook, mengatakan bahwa virus tersebut dapat bekerja 10 kali lebih menular. Dia mendesak kewaspadaan publik yang lebih besar untuk mengurangi penularan setelah terkonfirmasi dua klaster corona di negara tersebut sebagai mutasi D614G.

“Kerja sama masyarakat sangat dibutuhkan agar kita bisa bersama-sama memutus rantai penularan dari setiap mutasi,” kata Noor dikutip dari Channel News Asia.

Mutasi tersebut terdeteksi oleh lembaga riset medis Malaysia, saat menguji isolasi dan kultur pada tiga kasus dari kluster Sivagangga dan satu kasus dari kluster Ulu Tiram.

Dia menambahkan mutasi D614G ditemukan oleh para ilmuwan pada bulan Juli, dan vaksin yang saat ini dalam pengembangan mungkin tidak efektif melawan mutasi ini. Sebuah makalah yang diterbitkan di Cell Press juga mengatakan mutasi tidak mungkin berdampak besar pada kemanjuran vaksin yang saat ini sedang dikembangkan.

Di kawasan ASEAN, Filipina merupakan negara dengan kasus corona terbanyak yang menginfeksi 164.474 orang. Urutan kedua ditempati Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 141.370 orang.

Selanjutnya Singapura dan Malaysia berada di urutan ketiga dan keempat dengan masing-masing sebanyak 55.938 kasus dan 9.212 kasus.

Hingga hari ini, jumlah kasus corona di dunia menginfeksi 22 juta orang dan telah menyebabkan kematian sebanyak 777 ribu orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 53% di antaranya berasal dari Amerika Serikat (5,6 juta kasus), Brasil (3,4 juta kasus), dan India (2,7 juta kasus). Berikut grafik Databoks:

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...