WHO Soroti Ironi Lonjakan Covid-19 di Jakarta meski Jumlah Tes Naik

Yuliawati
Oleh Yuliawati
12 September 2020, 10:50
WHO, Jakarta, darurat covid-19, Anies, testing corona
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas beristirahat di pusara TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin (7/9/2020).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempersoalkan kapasitas pengetesan atau testing harian virus Covid-19 di Indonesia yang tak menurunkan lonjakan kasus di daerah. Beberapa daerah yang kasus coronanya melonjak telah memenuhi standar testing Covid-19 sebanyak 1.000 per 1 juta penduduk per pekan.

Untuk menjelaskan persoalan ini, WHO mengambil sampel kasus yang terjadi pada 9 September. Pada hari itu jumlah kasus baru sebanyak 3.307, dengan total akumulasi sebanyak 203.342. Rata-rata kasus harian dalam sepekan itu 3.242 per hari, jauh lebih tinggi dibandingkan sepekan sebelumnya 2.926 kasus per hari.  

Advertisement

WHO menyebut ada dua daerah yakni DKI Jakarta dan Sumatera Barat yang kapasitas testing-nya memenuhi standar selama tiga pekan terakhir. Namun, Jakarta selalu masuk dalam daftar daerah dengan kasus terbanyak di Indonesia.

Selain Jakarta, daerah dengan kasus terbanyak pada 9 September yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Tengah.

WHO menyebut DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan kasus Covid-19. Berdasarkan standar WHO yakni penurunan kasus bila minimal turun 50% kasus positif selama tiga pekan berturut-turut. Tidak ada daerah di Indonesia yang memenuhi kriteria tersebut.

Terdapat beberapa  provinsi yang mengalami naik-turun seperti Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.



Untuk menjelaskan kondisi ini, WHO menelisik testing Covid-19 yang hanya berupa pengulangan pada pasien yang sudah terkonfirmasi positif. Padahal, WHO telah menganjurkan agar testing dilakukan untuk menemukan kasus baru.

Akibat fokus pada testing untuk pengulangan pada pasien yang terkonfirmasi, banyak kasus baru yang terlambat tertangani.

WHO mencatat pada 9 September terdapat 29.863 spesimen harian dan 15.335 orang yang menjalani testing. Namun, di hari tersebut terdapat 92.330 kasus suspek. Hal ini menunjukkan kesenjangan yang cukup besar di antara jumlah kasus suspek dan orang yang telah diuji.

"Sehingga penting untuk lebih meningkatkan kapasitas pengujian dan memprioritaskan testing untuk kasus suspek,” tulis WHO dalam laporan terkini mengenai situasi Indonesia menghadapi pandemi dikutip Katadata pada Jumat (11/9).

Selain Jakarta, WHO menyoroti Sulawesi Utara yang jumlah kasusnya ada di urutan ke-12 dari 37 provinsi. Namun, wilayah itu memiliki aangka rata-rata kematian nomor 4 secara nasional. "Artinya banyak Orang Tanpa Gejala di daerah tersebut yang tidak terdeteksi," bunyi laporan WHO.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement