Saingi Tiongkok, Jepang dan Australia Akan Sepakati Kerja Sama Militer

Yuliawati
Oleh Yuliawati
16 November 2020, 21:28
Tiongkok, China, Laut China Selatan, Suga, Morisson
ANTARA FOTO/REUTERS/Lam Yik/nz/cf
Helikopter mengibarkan bendera China (ka) dan Daerah Administratif Khusus Hong Kong dalam upacara penaikan bendera yang memperingati Hari Nasional China di Lapangan Golden Bauhinia di Hong Kong, China, Kamis (1/10/2020).

Jepang dan Australia akan menyepakati pakta pertahanan bersejarah untuk mengatasi pengaruh Tiongkok di kawasan Asia. Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan PM Australia Scott Morrison akan  menyelesaikan Reciprocal Access Agreement (RAA) atau Perjanjian Akses Timbal Balik.

Morrison akan tiba di Jepang pada Selasa (17/11) membahas RAA yang terkait dengan kerangka hukum saling kunjung pasukan, latihan dan operasi militer bersama. "Akan ada sesuatu untuk diumumkan dari pertemuan itu," kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang pada jumpa pers, tanpa menjelaskan lebih lanjut, dikutip dari Reuters (16/11).

Kedua negara membutuhkan waktu enam tahun untuk menegosiasikan dan kemudian meratifikasi di parlemen. Perjanjian ini akan menjadi yang pertama bagi Jepang sejak menandatangani perjanjian status pasukan pada 1960 yang memungkinkan AS untuk menempatkan kapal perang, jet tempur, dan ribuan pasukan di dalam dan sekitar Jepang sebagai bagian dari aliansi militer yang digambarkan oleh Washington sebagai landasan keamanan regional.

Presiden terpilih AS Joe Biden pun telah menghubungi Suga mengatakan pemerintahannya berkomitmen untuk mempertahankan kemitraan yang erat itu.

Tokyo dan Canberra berupaya memperkuat hubungan karena mereka khawatir terhadap aktivitas Tiongkok di wilayah tersebut, termasuk militerisasi di Laut China Selatan, manuver di sekitar pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur, dan pengaruh Beijing yang semakin besar atas negara-negara pulau Pasifik di timur jauh.

"Sangat membantu bagi negara lain untuk mengambil peran lebih aktif dalam kegiatan dan operasi militer di kawasan itu, paling tidak karena Amerika terlalu kewalahan," kata Grant Newsham, seorang peneliti dari Japan Forum for Strategic Studies.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...