RI Lobi Jepang dan ASEAN Buka Koridor Perjalanan di Masa Pandemi

Agatha Olivia Victoria
19 November 2020, 11:13
JFSS, pangan, menteri retno marsudi, koridor perjalanan, jepang, internasional
Adi Maulana Ibrahim |Katadata
Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari memberikan materi dalam acara webinar Jakarta Food Security Summit, Kamis (19/11/2020).

Pemerintah saat ini sedang menegosiasikan pelonggaran pembatasan perjalanan melalui Travel Corridor Agreement dengan Jepang. Tujuannya, agar pebisnis bisa melakukan perjalanan jangka pendek di tengah pandemi.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa Indonesia juga sedang mendorong perjanjian TCA bersama negara-negara ASEAN. "Ini sudah disepakati framework-nya dalam KTT Asean Ke-37 lalu," kata Retno dalam Jakarta Food Security Summit atau JFSS-5 yang diadakan Kadin bekerja sama dengan Katadata, Kamis (19/11).

TCA merupakan fasilitas kunjungan singkat bagi pebisnis di sektor ekonomi esensial dan perjalanan diplomatik. Dengan fasilitas ini memungkinkan kedua belah pihak melanjutkan proyek kerja sama investasi dan bisnis secara bilateral tanpa mengorbankan protokol kesehatan di tengah pandemi corona.

Dia menjelaskan bahwa saat ini Indonesia sudah memiliki perjanjian TCA dengan Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Tiongkok, dan Singapura. Perjanjian TCA tersebut berhasil menggerakan lebih dari 50% perdagangan Indonesia.

Retno menyebutkan total nilai perdagangan Indonesia dengan ASEAN, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, dan Uni Emirat Arab mencapai US$ 188,6 miliar atau 55,6% dari total perdagangan RI dengan dunia. Dengan demikian, perjanjian TCA bukan hanya penting karena membuka akses ekonomi bagi bisnis esensial. "Tetapi ini merefleksikan soliditas dan kepercayaan antar negara dalam upaya keluar dari krisis secara bersama," ujar dia.

Selama ini Jepang menjadi negara tujuan ekspor nonmigas ketiga setelah Tiongkok dan Amerika Serikat. Hingga Agustus 2020, nilai ekspor nonmigas ke Jepang bernilai US$ 8,32 miliar. Berikut grafik Databoks:

Ekonom Senior Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet menilai TCA dengan Jepang memiliki nilai penting karena selama ini negara tersebut nomor lima terbesar dalam memberikan Penanaman Modal Asing ke Tanah Air.

Dengan TCA, lalu lintas penduduk ke Jepang dengan profesi tertentu bisa dilakukan. "Hal ini tentu akan memudahkan kunjungan bisnis ke Jepang untuk membicarakan bisnis termasuk terkait rencana investasi," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Kamis (19/11).

Namun, Yusuf menuturkan bahwa TCA hanya salah satu alat di masa pandemi, diperlukan alat lain untuk bisa meningkatkan investasi. Seperti misalnya prospek ekonomi dalam negeri, pemerintah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi ke level positif dan juga iklim investasi yang baik.

Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat PMA dari Jepang sempat menempati urutan kedua tertinggi setelah Singapura pada 2016-2018. Namun, pada 2019 tergeser Tiongkok.

Pada semester I 2020 posisi Jepang kembali turun menjadi menempati urutan keempat. Tercatat pada periode ini investasi Singapura senilai US$ 2 miliar. Lalu, Hong Kong sebesar US$ 1,2 miliar, Tiongkok US$ 1,1 miliar, dan Jepang US$ 600 juta.

Pelonggaran perjalanan juga bisa mempercepat pemulihan industri pariwisata Tanah Air. Menurut data Badan Pusat Statistik, Jepang adalah salah satu negara di Asia dengan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara terbanyak pada 2018. Nilainya mencapai US$ 1.349,55.

BPS juga mencatat kunjungan wisatawan Jepang ke Indonesia terus meningkat selama hampir 10 tahun terakhir, terutama pada 2013 hingga 2017. Bahkan, pada 2008 sampai 2009 jumlahnya sempat mengungguli kunjungan wisatawan Tiongkok yang saat ini mendominasi.

Awal tahun ini, Jepang pun termasuk dalam tujuh besar negara di Asia dengan kunjungan wisatawan terbanyak ke Indonesia yakni mencapai 33,9 ribu orang. Tiga teratas adalah Malaysia, Tiongkok, dan Singapura.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Video Pilihan
Loading...

Artikel Terkait