Efek Samping di Balik Baterai Mobil Listrik
Mobil listrik berbasis baterai digadang-gadang sebagai kendaraan yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih minim. Namun, mobil listrik masih menimbulkan masalah yakni masa pakai baterai yang terbatas dan menyisakan sampah.
Kepala Departemen Teknik Kelistrikan Universitas Pelita Harapan Henri P. Uranus menyatakan pentingnya industri yang mampu menampung baterai bekas. "Jika kapasitas baterai sudah menurun ada sistem pembeli dapat menukar tambah dengan baterai lain," kata dia
Industri pun dapat memanfaatkan baterai bekas yang sudah terpakai 70% untuk pemanfaatan lain misalnya penerangan lampu jalan. Pada lampu penerangan, baterai bisa bertahan selama 97 jam.
Penggunaan baterai bekas juga meringankan beban lingkungan. "Daripada langsung didaur ulang, baterai bisa untuk penggunaan lain yang membutuhkan baterai, tapi tidak sebesar kendaraan listrik," kata Henri.
VP Planning & New Venture PT Pertamina Persero Ary Kurniawan menyebutkan Indonesia memerlukan suatu ekosistem dalam pengembangan baterai mobil listrik. Bisnis baterai pada kendaraan listrik cukup menantang sehingga memerlukan biaya yang murah. Untuk itu perlu kolaborasi dengan perusahaan yang lebih dulu menjajaki bisnis baterai. “Dalam mengembangkan bisnis baterai, energi listrik juga harus siap,” kata dia.
Tantangan pengembangan baterai mobil listrik di Indonesia lainnya yakni belum adanya standar pengembangan. Apalagi bisnis ini kemungkinan akan berubah dalam waktu lima tahun. “Kalau standar pengembangan sudah ada, tentu akan jelas mau membangun baterai seperti apa,” ujarnya.
Dia mencontohkan Thailand yang agresif memberikan insentif kepada investor yang membangun bisnis baterai. Sehingga dia menilai Indonesia perlu memberikan insentif kepada industri baterai listrik, bukan hanya dari produksi kendaraan listriknya.
Hingga saat ini, PLN telah memasang stasiun pengisian ulang kendaraan listrik di 1.847 lokasi dengan tarif yang berlaku sebesar Rp 1.644/kwh. Senior Manager Perencanaan PLN UID Jakarta Raya, Faisol, menyatakan stasiun pengisian ulang ini memerlukan lokasi yang strategis, sehingga masyarakat dapat mengisi baterainya di mana saja.
“Banyak dari masyarakat yang masih ragu, khawatir baterai akan habis di jalan. Karena itu, kami telah menyiapkan charging station di beberapa lokasi, khususnya Jakarta,” kata Faisol.
Pertamina memprediksi akan terjadi kenaikan kebutuhan kapasitas baterai. Jumlah kebutuhannya berbeda-beda, tergantung pada skenario energi yang digunakan. Skenario tersebut terbagi atas Business as Usual (BAU), Market Driven (MD), dan Green Transition (GT). Berikut grafik Databoks: