Prospek Cerah Batu Bara RI di antara Konflik Tiongkok dan Australia
Permintaan batu bara Indonesia pada tahun ini diperkirakan bakal meningkat dibandingkan 2020. Kenaikan permintaan yang terutama datang dari Tiongkok akan membuat harga batu bara terus melaju.
Sejak akhir tahun lalu, Tiongkok menghentikan sementara permintaan batu bara dari Australia akibat konflik politik ekonomi kedua negara. Tiongkok dan Australia bersitegang lantaran negeri Tirai Bambu itu mengenakan tarif pajak dan pembatasan atas ekspor produk pertanian Australia. Langkah ini sebagai balasan setelah Australia melarang penggunaan teknologi jaringan 5G raksasa dari perusahaan Tiongkok, Huawei, dengan alasan keamanan nasional.
Dosen Perbanas Institute Piter Abdullah Redjalam memperkirakan prospek cerah pasar ekspor batu bara dalam negeri selama perang dagang Australia dan Tiongkok masih berlanjut. Alasannya, kebutuhan batu bara dari Tiongkok meningkat seiring membaiknya ekonomi negara tersebut dari krisis pandemi Covid-19.
Piter memperkirakan rata-rata harga batu bara tahun ini diperkirakan akan berada di kisaran US$ 60 per ton hingga US$ 80 per ton. Sentimen lain yang mempengaruhi permintaan dan harga batu bara yakni arah perkembangan pemulihan ekonomi global dan geopolitik.
"Kalau pemulihan ekonomi global benar-benar terjadi karena vaksinasi efektif meredam pandemi (maka akan ada pertambahan permintaan)," ujar Piter kepada Katadata.co.id, Selasa (5/1).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral baru-baru ini menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) mengalami kenaikan 27,14% atau US$ 16,19 per ton menjadi US$ 75,84 per ton dibandingkan Desember tahun lalu.
Kenaikan ini membuat pergerakan HBA menuju level psikologis baru setelah mengalami tekanan sepanjang 2020 akibat pandemi Covid-19. Rata-rata HBA di tahun 2020 hanya sebesar US$ 58,17 per ton yang terendah sejak 2015.
Pada awal Januari 2020, harga batu bara dibuka pada angka US$ 65,93 per ton. HBA sempat menguat sebesar 0,28% di angka US$ 67,08 per ton pada Maret dibanding Februari yang sebesar US$ 66,89 per ton. Namun kemudian terus melorot pada April hingga September dan sempat menanjak dalam tiga bulan terakhir 2020 periode Oktober-Desember. Berikut Databoks pergerakan harga batu bara pada 2020: