Riset: Vaksin Kurang Ampuh Melawan Mutasi Varian Baru Covid-19

Yuliawati
Oleh Yuliawati
3 Februari 2021, 17:29
mutasi dari varian vaksin corona, vaksin virus covid-19
ANTARA FOTO/REUTERS/Dominic Lipinski/Pool /HP/dj
Suntikan vaksin COVID-19 buatan Oxford/AstraZeneca di pusat vaksinasi masal virus corona NHS di Epsom Race Course di Epsom, Surrey, Inggris, Senin (11/1/2021).

Temuan mengenai mutasi dari varian baru Covid-19 di Inggris membuat khawatir para ilmuwan mengenai efektivitas vaksin. Public Health England (PHE) baru-baru ini mengatakan ada 11 laporan varian Inggris yang menampilkan mutasi E484K.

Mutasi E484K terjadi pada spike protein virus corona. Mutasi tersebut menimbulkan kekhawatiran internasional karena mirip dengan varian Afrika Selatan dan Brasil.

Sebuah riset  di Inggris menunjukkan vaksin buatan Pfizer-Biontech kurang signifikan memberikan perlindungan atas varian baru. Studi dilakukan dalam skala kecil terhadap pasien berusia di atas 80 tahun.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa vaksin kemungkinan akan kurang efektif ketika menghadapi mutasi ini,” Ravi Gupta, seorang profesor di Universitas Cambridge yang memimpin penelitian dikutip dari Reuters, Rabu (3/2).

Riset tersebut menunjukkan konsentrasi antibodi diperlukan dua kali lebih tinggi untuk menetralkan virus. Dami Collier, yang ikut memimpin penelitian itu, mengatakan temuan itu menunjukkan sebagian besar orang yang berusia di atas 80 tahun tidak memiliki antibodi pelindung setelah tiga minggu mendapat suntikan vaksin dosis pertama.

 Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mutasi varian baru menjadi penyebab utama mengapa vaksin tertentu tampak kurang efektif di Afrika Selatan.

Novavax baru-baru ini mengumumkan bahwa tingkat efikasi vaksinnya mencapai 89% dalam uji coba fase ketiga di Inggris. Namaun, tingkat efikasi turun menjadi 60% dalam studi terpisah yang dilakukan di Afrika Selatan.

Demikian pula, dalam uji coba fase ketiga vaksin buatan Johnson & Johnson. Tingkat efikasi di Amerika mencapai 72% dan turun drastis menjadi 57% di Afrika Selatan. Dalam kedua uji coba tersebut, sebanyak 90% hingga 95% kasus Covid-19 di Afrika Selatan dikaitkan dengan varian B.1.351, yang mengandung mutasi E484K.

Dokter dan pakar imunologi asal Amerika Serikat Anthony Fauci  mendorong pengujian semakin agresif, penerapan protokol kesehatan dan semakin penting meluncurkan vaksin dengan cepat. "Kami perlu memvaksinasi sebanyak mungkin orang secepat mungkin," kata Fauci dikutip dari CNN. 

Fauci mengatakan meskipun perlindungan vaksin menjadi berkurang terhadap varian baru, tetapi vaksin akan membantu untuk menghindari penyakit serius, termasuk rawat inap dan kematian.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...